Mohon tunggu...
ECOFINSC UNDIP
ECOFINSC UNDIP Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Study Finance FEB UNDIP

ECOFINSC FEB UNDIP adalah organisasi mahasiswa berbentuk kelompok studi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian mengenai permasalahan perekonomian maupun keuangan di lingkup nasional maupun internasional. Lebih lanjut mengenai ECOFINSC dapat di akses melalui https://linktr.ee/Ecofinscfebundip

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengupas Pengaruh Eksistensi E-Commerce dalam Masyarakat Modern Indonesia

24 Oktober 2021   17:34 Diperbarui: 24 Oktober 2021   17:41 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam jangka pendek, predatory pricing menguntungkan konsumen. Namun, setelah pesaingnya mundur maka perusahaan yang menerapkan predatory pricing biasanya akan mematok harga setinggi-tingginya untuk menutupi kerugian sebelumnya. Jika perusahaan asing berhasil menyingkirkan para pelaku UMKM di Indonesia maka Indonesia akan dibanjiri dengan produk luar negeri dan secara tidak langsung negara asing yang akan mengendalikan harga pasar di Indonesia.

Berbeda dengan sistem predatory pricing, terdapat strategi penetapan harga lainnya yang diesbut loss leaders pricing. Sekilas kedua strategi ini memiliki karakteristik yang sama, perbedaan terbesar terletak pada bagaimana eksekusi kedua strategi ini dilaksanakan.

 Strategi loss leader berfokus pada upaya marketing produk untuk meningkatkan pembelian dengan menaruh harga di bawah harga keseimbangan, sedangkan predatory pricing dilakukan dengan tujuan memperoleh sebesar-besarnya bagian konsumen dalam pasar dan secara tidak langsung menutup kemungkinan perusahaan lain untuk ikut terjun bersaing harga. 

Strategi loss leader pricing ini akan lebih baik menjadi strategi yang digunakan para pelaku e commerce di Indonesia dalam menjaga persaingan yang sehat antar pedagang. Adapun strategi loss leader pricing lewat pendekatan seperti diskon promosi dan penerapan gratis ongkos kirim secara agresif dinilai lebih ramah dan sesuai dengan karakteristik konsumen modern di Indonesia saat ini.

Dari sudut pandang pemerintah, kehadiran E commerce memiliki perannya sendiri. Dalam proses impor barang, e-commerce merupakan solusi terbaru yang lebih mudah dan ramah. Namun, hal ini malah menjadi ancaman besar bagi industri lokal yang patut dilindungi oleh pemerintah. 

Pemerintah harus mempertimbangkan aturan bea impor yang berlaku dan telah ditetapkan pada pasal 2 ayat 1 UU RI nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan yang berbunyi " Barang yang dimasukkan ke dalam Daerah Pabean diperlakukan sebagai barang impor dan terutang Bea Masuk". Selain itu, aturan Permendag nomor 50 tahun 2002 tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.

Dinilai dari sudut pandang masyarakat, E commerce merupakan suatu hal yang paling diminati terutama pada era pandemi seperti sekarang. Banyak masyarakat yang takut dan malas keluar rumah sehingga mereka lebih memilih berbelanja menggunakan media digital. Diskon dan promo yang ada di E commerce semakin membuat masyarakat tergiur untuk terus membeli barang yang menarik perhatian mereka. 

Hal tersebut memicu perilaku impulsive buying. Impulsive buying merupakan perilaku dimana individu membeli barang secara spontan dan tanpa ada rencana, tidak peduli apakah barang tersebut merupakan barang yang penting atau tidak. Dengan hadirnya perilaku impulsive buying mengakibatkan peningkatan terhadap konsumsi namun tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan. Alhasil, masyarakat akan memilih untuk mengurangi tabungan mereka agar dapat membeli barang yang mereka inginkan.

Survey Asosiasi Pengembangan Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2018 menunjukkan di Indonesia jumlah pengguna internet aktif mencapai 171,17 juta atau sebanyak 64,8 persen dari total penduduk. APJII (2018) turut menunjukkan rata-rata penggunaan internet oleh masyarakat Indonesia. Hasilnya terangkum dalam tabel berikut:

dokpri
dokpri

Besarnya penggunaan internet oleh masyarakat menjadi faktor utama keberhasilan e-commerce di Indonesia. Terbukti dari besarnya jumlah perusahaan e-commerce terdaftar pada tahun 2018 yang mencapai angka 500 perusahaan menurut Aulia, ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA). E-commerce juga kian melebarkan sayapnya dengan kehadiran uang digital dan perusahaan fintech lainnya yang mendukung kelancaran transaksi e-commerce sendiri. Menurut iprice.co, pada kuartal empat (Q4) tahun 2020 shopee menempati urutan pertama dengan pengunjung bulanan mencapai 129.320.800, disusul tokopedia dan bukalapak dengan masing-masing pengunjung bulanan sebesar 114.655.600 dan 38.583.100.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun