Jadi, setelah kita mengetahui apa itu transplantasi organ, pertanyaan yang muncul adalah apakah transplantasi organ menyebabkan kanker? Mari kita bahas!
Seperti yang kita tahu, kanker adalah sel yang membelah atau bertumbuh secara abnormal, setelah bertumbuh secara abnormal, sel kanker ini menyerang jaringan sehat yang ada di sekitarnya, kanker akan menjadi sangat ganas jika keberadaannya dibiarkan. Lama kelamaan akan terjadi malfungsi di organ-organ yang telah di serang, lalu akhirnya virus atau bakteri dapat mudahnya memepercepat kematian pada orang yang bersangkutan. Kanker pada zaman sekarang menjadi penyakit yang sangat ditakuti karena tingkat kematian yang tinggi.
Kanker muncul akibat adanya penumpukan perlahan sel-sel yang telah rusak, yang tak lagi bisa diperbaiki. Setiap kanker yang timbul- berasal dari "Mutasi" atau perubahan gen. Jarang sekali kanker diwariskan dari orang tua kepada anak. Sebagian besar dari penyakit kanker- muncul seiring perjalanan hidup seseorang. Satu dari 100 trilyun sel-sel yang ada dalam tubuh kita suatu saat bisa saja mengalami kemunduran, yakni perubahan dari sel-sel sehat yang berfungsi normal menjadi sel-sel tumor.
Kanker dapat di sebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan yang terjadi pada sel, Â sinar UV, sinar X dan bahan-bahan kimia penyebab kanker, genetik, gaya hidup tidak sehat, banyak mengonsumsi makanan yang menjadi sumber makanan bagi sel kanker, dan sebagainya. Obat untuk penyakit ini belum di edarkan secara resmi ataupun di sosialisasikan, bahkan kita tak tahu apakah sudah di temukan atau belum.
Sekarang kita lihat dari sudut pandang transplantasi organ. Apa hal yang sekiranya membuat sel kanker menyerang lebih cepat ke orang yang melakukan metode ini? Karena melemahnya system imun tubuh yang mengakibatkan virus atau bakteri mudah masuk untuk membuat penyakit. Lalu apa hubungannya? Karena untuk melakukan transplantasi organ ini dibutuhkan obat untuk melemahkan system imun tubuh, agar tubuh kita tidak menolak adanya organ baru yang ada.
Penolakan ini disebabkan oleh ketidakcocokan sel organ yang di cangkokkan, dan membuat tubuh merasa bahwa organ ini merupakan benda asing. Benda asing yang ada di tubuh akan di serang oleh system imun yang ada, sehingga organ lama-kelamaan akan mati. Setelah organ itu mati, tubuh yang tadinya sudah di 'betulkan' akan menjadi sekarat lagi, bahkan tingkat kematian akan meningkat karena organ mati yang ada di tubuh akan menyebarkan banyak virus atau bakteri.
Jadi, hal ini menjadi jelas kenapa pasien transplantasi organ lebih sering terkena kanker Lymphoma non-Hodgkin, sel kanker yang berkembang dari bermutasinya sel pertahanan tubuh yang tidak mau mati, salah satunya karena terinfeksi virus atau bakteri. Tetapi tak jarang juga orang yang melakukan transplantasi organ hati atau paru-paru menderita kanker hati dan paru-paru.
Penyebab lain sel kanker dapat masuk ke tubuh pasien adalah organ yang sudah terinfeksi sebelum di cangkokkan. Kenapa bisa seperti ini? Banyak sekali perdagangan organ illegal yang dilakukan di pasar gelap, tentu saja keberadaan organ-organ ini tidak diketahui apakah itu masih layak di cangkokkan atau tidak. Informasinya tidak jelas dan di pungut biaya untuk organ ini. Dan pemungutan biaya untuk penjualan organ, sangat di larang oleh negara-negara.
Jika tubuh pendonor sudah terinfeksi oleh penyakit kanker atau HIV, sangat besar kemungkinan organnya juga terinfeksi. Bahkan saat dokter memeriksa organ yang akan di cangkokkan, bisa terjadi kesalahan dalam menyeleksi, ini dapat mengakibatkan kesalahan fatal pada si penerima donor.
Ada juga opsi lain dengan memakai organ dari orang yang meninggal. Tapi, menurut penelitian Tim dari Universitas Washington, aktivitas gen masih terlihat pada fenomena aktivitas gen pada tubuh yang sudah mati, karena beberapa gen masih hidup dan bekerja hingga beberapa hari. Ini berkaitan dengan gen promosi kanker di tubuh itu menjadi lebih aktif. Faktor ini dapat menjadi penjelasan mengapa mengambil organ dari orang yang telah meninggal akan beresiko lebih tinggi terkena kanker, menurut Noble salah satu peneliti dari universitas itu.
Maka saat organ yang di masukan ke dalam tubuh pasien itu sudah tidak layak, penyakitnya pun akan tertanam pada tubuh si penerima. Tapi selain itu, tetap ada kelebihan yang bisa di pertimbangkan. WHO mengatakan bahwa penyakit ginjal tahap akhir dapat diobati dengan terapi intensif dan tepat, tetapi setelah melihat kembali, transplantasi ginjal akan diterima sebagai solusi terbaik untuk pengobatan dari segi kualitas hidup maupun efektivitas biaya.