Ebit : “Ana ada cowok yang Ana suka gak?”
Ana : “Ada, kenapa Bit?”
Ebit : “Hahaha gapapa Na, nanya aja”(Dalam hati aduh siapa nih cowo)
Keesokan hari nya
Tidak seperti biasanya, kali ini Ana terlihat sangat gellisah. Ana melangkahkan kaki dengan tergesa. Ia sudah terlambat 3 menit dari jadwal busnya hari ini, sehingga ia harus melangkahkan kakinya yang mungil dengan penuh khawatir. Ia perlu keluar dari gerbang komplek dan mencari ojek.
Hari ini semakin sial, tidak ada satupun ojek di pangkalan. Hari Jumat seperti ini memang biasanya menjadi sangat sibuk, begitu pun tukang ojek. Di seberang jalan, ia melihat beberapa pemuda yang menertawakan raut wajahnya. Ana semakin mendengus kesal, lelaki itu semakin menertawakannya. Dialah Gilbert. Gilbert dengan beberapa temannya, kecuali Ebit mendatangi Ana di seberang Jalan dan menawarkan untuk menemaninya. Awalnya Ana menolak, karena pasti Gilbert dan teman- temannya akan mengejeknya habis-habisan di jalan. Tapi, di saat tergesa, akhirnya Ana pun menerima tawaran Gilbert.
Gilbert: “Gimana rasanya terlambat sekolah?”
Ana: “Ya sama aja kayak kalian cabut dari kelas mata kuliah Matematika. (ucap Ana asal- asalan)
Andreas: “Asik dong yah.”
Ana: “ Asik banget kalo kalian gak tahu malu hahaha.”
Rizky: “Lah, tumben Ana berani ngebalas kita- kita ya kan guys.”