Mohon tunggu...
Benyamin Saputra Kurniawan
Benyamin Saputra Kurniawan Mohon Tunggu... Wirausaha -

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Paska Tes Sepang MotoGP: Lorenzo Bakal Juara Dunia 2016 Tanpa Lawan?

6 Februari 2016   16:24 Diperbarui: 6 Februari 2016   23:32 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Jorge Lorenzo di Sesi Tes Resmi MotoGP Sepang (1-3 Feb 2016). Sumber: crash.net"][/caption]Sesi tes resmi perdana MotoGP di tahun ini baru saja usai di Sirkuit Sepang, Malaysia (1-3 Feb 2016). Dari sesi itu, sebagian besar penggemar MotoGP cukup terkesima dengan performa apik yang ditunjukkan oleh Jorge Lorenzo selama 3 hari tes berturut-turut. Gimana enggak, dari 3 hari sesi tes, Lorenzo mampu menjadi yang tercepat di hari pembuka dan penutup. Tak tanggung-tanggung, jaraknya dengan pebalap kedua yang juga merupakan rekan setim sekaligus rival terberatnya musim lalu - Valentino Rossi, terpaut hingga rata-rata hampir 1 detik, maknyus!

Lorenzo cuma menempati posisi 2 di hari tes kedua. Ia hanya berada 0,06 detik lebih lambat dari Danilo Petrucci yang mengendarai Ducati tim satelit.. Loh kok Petrucci hebat amat bisa mengalahkan catatan waktu Lorenzo di hari kedua? Padahal rekan setim Lorenzo saja ketinggalan 1 detik di belakang 'Por Fuera'.. Nah, hal itu bisa terjadi karena di hari kedua sesi tes terdapat kecelakaan horor yang melibatkan pebalap tim Avintia, Loris Baz.

Kecelakaannya terjadi sangat janggal. Janggal di sini bukan berarti ada bau-bau konspirasi atau bau kamper. Tapi janggal dalam artian sangat tidak biasa terjadi. Kalo biasanya pebalap terjatuh saat mengerem mau masuk tikungan, atau pada saat di tengah tikungan, atau juga saat keluar tikungan, ini jatuhnya pada saat motor berdiri tegak lurus di lintasan lurus dekat garis start/finis! Baz terjatuh saat motor sedang melaju nyaris mencapai top speednya di ujung trek lurus, yaitu 290 km/jam! Bin ajaibnya, Baz selamat dari kecelakaan dan bahkan bisa langsung berdiri dan terlihat mampu berdiskusi dengan Loris Capirossi sebagai anggota komisi keselamatan MotoGP tentang apa yang barusan terjadi.

Penyebab kecelakaan hingga saya menulis berita ini masih belum diumumkan secara resmi. Namun ada beberapa spekulasi yang dituding menjadi penyebab olengnya motor Baz secara tiba-tiba di trek lurus itu. Salah satu dugaannya adalah berasal dari ban belakang Michelin yang katanya terlihat seperti meledak tiba-tiba. Tapi sekali lagi penyebabnya masih belum bisa dipastikan apa, karena teknisi kesulitan mencari dan menetapkan apa yang menjadi pemicu awal terjadinya serangkaian reaksi yang membuat Baz terjatuh itu. Bisa jadi berasal dari mesin, knalpot, yang memanas sehingga membuat ban belakang memuai dan meledak. Bisa juga mungkin karena tekanan angin ban belakang yang kurang pas, atau apalah..

Nah karena itu, Michelin di tengah-tengah sesi tes tersebut memutuskan untuk menarik semua ban belakang berkompon soft sebagai bentuk pre-caution atau istilahnya jaga-jaga. Michelin juga langsung menaikkan standar tekanan angin ban belakang untuk menghindari hal-hal tak terduga lainnya sampai penyebab kecelakaan Baz bisa benar-benar dipastikan kenapa.

Setelah ban belakang softnya dilarang pake, nah otomatis Lorenzo dkk terpaksa harus menggunakan ban belakang kompon keras di sisa sesi tes hari itu (dan hari berikutnya juga). Itulah mengapa Lorenzo tidak dapat menjadi yang tercepat (meski cuma tertinggal 0,06 detik dari Petrucci) di hari kedua, karena Petrucci di awal sesi tes hari itu sempat menjajal ban soft yang notabene punya daya cengkram lebih baik dari kompon hard. Sedangkan Lorenzo mencatatkan best timenya di hari itu dengan menggunakan ban Hard. Jadi kesimpulannya Lorenzo masih tetap impresif toh?? Dengan ban hard dia hanya tertinggal tipis 0,06 detik dari pebalap yang menggunakan kompon soft.

Lalu pertanyaan besarnya, bila dilihat dari hasil tes 3 hari itu, mengapa Lorenzo begitu digdaya di awal musim 2016? Apakah ini pertanda bahwa dia akan dapat mempertahankan gelar juara dunianya di 2016?? Dengan gap yang begitu lebar dengan pebalap di posisi dua, apakah ini artinya Lorenzo bakal mudah meraih gelar juara dunianya yang keenam? Eits, tunggu dulu.. Masih terlalu awal untuk memprediksi..

BAN MICHELIN DAN ECU STANDAR

Kita mesti melihat bahwa MotoGP tahun 2016 mengalami perubahan teknis yang cukup signifikan. Bahkan kepala mekanik tim Yamaha saja mengatakan bahwa perubahan ini hampir atau sama besarnya dengan perubahan MotoGP saat masih di era 500cc 2 tak ke era 990cc 4-tak di tahun 2002 ke 2003. Perubahan terbesar disebabkan karena penyeragaman ECU atau perangkat elektronik baik hardware maupun softwarenya. Tim-tim pabrikan besar seperti Honda dan Yamaha yang selama ini asik menggunakan ECU buatan mereka masing-masing yang sangat mutakhir itu, sekarang dipaksa menggunakan ECU standar keluaran Dorna yang dipercayakan kepada produsen asal Italia, Magnetti Marelli. ECU ini jelas jauh lebih 'sederhana' dari yang dimiliki Yamaha dan Honda. Ke depannya perkembangan ECU ini akan dilakukan bersama-sama dari pabrikan resmi yang berkompetisi di MotoGP, untuk saat ini Yamaha, Honda, Ducati, dan Suzuki.

Perubahan terbesar kedua adalah pergantian merk ban. MotoGP yang sudah selama 7 tahun terakhir menggunakan ban Bridgestone sebagai pemasok tunggal ban MotoGP sejak 2009, kini harus beralih ke Michelin. Tentu karakter ban kedua merk tersebut sangat berbeda jauh meski sama-sama bundar. Bridgestone selama ini dikenal mumpuni saat motor diajak rebah serebah-rebahnya. Daya cengkram di sisi bahu ban diakui jempolan. Dan karakter ban depan Bridgestone juga disebut-sebut enak untuk dibejek atau dihajar habis-habisan saat adu late braking sebelum masuk ke tikungan.

Sedangkan karakter Michelin justru unggul di ban belakangnya yang jauh lebih stabil dan smooth sementara ban depannya sempat dikomplain oleh sebagian besar pebalap saat pertama kali ngetes ban tersebut di sesi tes akhir musim lalu di sirkuit Valencia (nov 2015). Tapi kemarin di Sepang Michelin sudah menunjukkan kelasnya sebagai produsen ban berkualitas dunia dengan memperbaiki ban depan dan terbukti adanya kemajuan seperti yang diungkapkan oleh Valentino Rossi dan kawan-lawan.

Nah, dari kedua perubahan besar tersebut, sepertinya untuk saat ini Lorenzo-lah yang paling 'hoki' karena gaya balapnya yang smooth dan tidak grasak-grusuk sangat klop dengan karakter ban Michelin. Sedangkan beberapa pebalap lainnya masih banyak yang berusaha menyesuaikan diri. Satu-satunya pebalap yang paling berpengalaman dengan ban Michelin di grid MotoGP tahun ini adalah Valentino Rossi. Dan memang terbukti 'The Doctor' lah yang mampu menguntit catatan Lorenzo meski agak jauh tertinggal, tapi itupun ada sebabnya, kita bahas di akhir artikel ini nanti ya.

Tetapi terlebih daripada itu, adapula pebalap yang lebih kesulitan dengan ban Michelin. Mereka adalah pebalap-pebalap dengan gaya balap yang agresif seperti Marc Marquez. Marc yang terbiasa melakukan late braking kini dipaksa harus mengerem lebih awal dan lebih smooth. Ketika di dalam tikungan pun Marc juga lebih kesulitan untuk menerapkan gaya balapnya yang khas, yaitu elbow down yang merebahkan motor dengan sangat hingga membuat sikutnya menggresek aspal. Dengan Michelin, gaya balap tersebut sepertinya akan hilang. Inilah salah satu faktor yang membuat Lorenzo terlihat perkasa, padahal bisa jadi dikarenakan beberapa lawan terberatnya saat ini masih dalam tahap penyesuaian.

Tetapi untuk Marquez, memang sedang menghadapi masalah besar di awal tahun ini jika tidak dapat segera memperbaiki gaya balapnya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mengapa? Ini juga sekaligus merupakan poin kedua yang menjadi penyebab mengapa Lorenzo begitu kuat di sesi tes kemarin.

Peralihan ke ECU standar membuat Honda terseok-seok.. Karena selama ini bisa dikatakan dalam hal teknologi (terutama elektronik), Honda-lah yang paling unggul di antara pabrikan lainnya, bahkan dengan Yamaha sekalipun. Maaf, tetapi kenyataanya memang Marquez sejak pertama bergabung di kelas MotoGP berada di tim dengan level teknologi elektronik yang paling mutakhir. Apalagi kita semua tahu Honda bahkan mengaplikasikan teknologi robot Asimo-nya untuk sebagai penyeimbang geometri motor yang sering menjadi bahan olok-olokan para fans Rossi dan Lorenzo di Indonesia untuk ditujukan ke Marquez. Itulah mengapa Marquez dijuluki seperti seekor kucing oleh Colin Edwards karena ia seringkali selamat dari kecelakaan-kecelakaan tertentu.

Tapi memang prestasi Marquez di kelas MotoGP tak bisa dipungkiri sebagai salah satu pebalap fenomenal di sepanjang sejarah MotoGP. Segudang rekor yang dipecahkan bocah berusia 20an tahun itu dilakukannya di antara pebalap-pebalap senior yang bahkan sudah jauh lebih berpengalaman darinya seperti sang-36-tahun Valentino Rossi. Plus juga hal tersebut terbukti tidak dapat dilakukan oleh rekan setimnya yang juga tergolong pebalap cepat - Dani Pedrosa.

Kembali ke perubahan ECU. Honda yang selama ini teknologi elektroniknya paling mutakhir sepertinya sekarang menjadi pabrikan yang paling 'kaget' dengan kemampuan ECU standar buatan Magneti Marelli. Beda dengan Yamaha, apalagi Ducati yang sudah lebih dulu menggunakan ECU standar di tahun-tahun sebelumnya melalui tim satelitnya. Otomatis pengembangan motor Ducati juga sudah mengacu berdasarkan kemampuan ECU standar tersebut. Hal ini tidak dialami oleh Honda, wajar saja mereka sekarang terlihat sangat kesulitan di sesi tes Sepang yang lalu.

Dengan melemahnya Honda, otomatis pesaing terberat Lorenzo di sesi tes kemarin sudah berkurang 2 orang, yaitu Marquez dan Pedrosa. Jadi inilah yang menurut saya membuat Lorenzo terlihat begitu digdaya dibanding pebalap-pebalap lainnya.

Ini bisa menjadi awal yang bagus bagi Lorenzo. Tetapi sekali lagi saya tekankan ini masih terlalu dini untuk diprediksi. Masih ada Rossi yang secara perlahan namun pasti kerap memberikan kejutan saat race dibanding saat sesi time attack. Plus ditambah kalau saja The Doctor diberikan kesempatan yang sama saat sesi tes Sepang lalu dengan Lorenzo, mungkin saja catatan waktunya tidak akan tertinggal jauh dengan sang juara dunia.

Rossi mengaku diberikan 'tugas kotor' saat menjalani sesi tes pra musim Sepang. Tugas kotor maksudnya di sini adalah, dia lebih ditugaskan untuk memperoleh data sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pengembangan motor Yamaha. Mencoba berbagai hal, berbagai setup motor, berbagai kondisi simulasi, dan melahap banyak putaran. Lihat saja di sepanjang sesi tes Valentino Rossi merupakan salah satu pebalap yang melakukan putaran lebih dari 50 lap. Di hari pertama pebalap yang akan berusia 37 tahun di 16 Febuari mendatang itu melahap 55 lap, sedangkan Lorenzo 37. Di hari kedua Rossi 54 lap, Lorenzo 32. Di hari terakhir Rossi mencatat 38 lap dan Lorenzo 36.

Di sisi lain, Lorenzo memang sudah sedari awal menjalani sesi tes untuk memperbaiki performanya secara pribadi. Mencari kekurangannya, memperbaiki masalah, dan mencoba menjadi yang tercepat. Mungkin kalian berpikir kondisi ini sangat tidak fair, namun sebenarnya tidak juga karena wajarlah status Lorenzo sebagai juara dunia, Yamaha ingin memastikan agar setidaknya gelar tersebut tidak lepas dari genggaman pebalap Yamaha. Jadi harus ada setidaknya satu pebalap Yamaha yang dapat dijadikan andalan. Sedangkan Rossi, saya yakin Yamaha tak main-main memberikan kepercayaan pengembangan motor.

Seandainya memang Rossi diminta untuk melakukan hal seperti itu, itu artinya kemampuan analisis The Doctor memang di atas rata-rata bahkan bila dibandingkan oleh rekan timnya sendiri. Jadi masing-masing pebalap ada tugasnya sendiri. Toh di sesi tes selanjutnya juga Rossi pasti akan diberikan kesempatan yang sama dengan Lorenzo untuk mengamankan situasi 2015 dimana MotoGP didominasi oleh 2 pebalap Yamaha saja - entah siapa yang keluar jadi juara dunia, pokoknya Yamaha.

Jadi kesimpulannya, kejuaraan MotoGP belum dimulai dan Lorenzo belum dapat dijadikan patokan sebagai pebalap terkuat di 2016. Di sisa tes pra musim ini, Ducati jelas akan menjadi ancaman secara perlahan, apalagi bila Casey Stoner yang diduga kuat akan come back melalui wild card bisa mengganggu barisan depan. Tak ketinggalan pula Andrea Iannone yang performanya semakin matang.

Valentino Rossi masih belum mengeluarkan kemampuan terbaiknya di sesi tes kemarin. Rossi juga bukan tipe pebalap yang cepat di sesi time attack. Di usianya yang akan menginjak 37 tahun, pasti kematangan dan pengalamannya yang paling senior di antara peserta MotoGP tahun ini akan memberikan kejutan-kejutan saat race. Sedangkan Honda masih terdapat beberapa masalah mendasar yang harus segera diselesaikan sebelum GP Qatar Maret nanti tiba. Andaikan Honda masih terseok-seok di Qatar, setidaknya di paruh kedua musim biasanya baru akan menunjukkan perubahan seperti yang terjadi di 2015 kemarin dimana Marquez dan Pedrosa baru bisa menyodok ke barisan depan di paruh kedua musim balap.

Terakhir, KONSISTENSI Lorenzo juga akan kembali diuji. Di 2015 satu-satunya kesalahan terbesar Lorenzo yang nyaris membuatnya kalah dalam kontes perebutan gelar juara dunia dengan Rossi adalah konsistensinya. Sedangkan di sisi lain Rossi sangat apik dengan konsistensinya.

Saya berharap di 2016 tidak ada lagi Lorenzo yang langsung ngacir di depan tapi kemudian menghabiskan kompon ban dan melorot di akhir balapan. Hal itu sangat mungkin kembali terjadi karena dengan ban baru Michelin, sampai sesi tes kemarin, baru Bradley Smith sajalah yang berhasil melakukan simulasi balap. Jadi, sebagian besar pebalap top saat ini belum sempat menguji kemampuan dan performa Michelin saat diajak ngebut hingga 20 putaran lebih secara berturut-turut tanpa putus tengah jalan.

Jadi, prediksi yang mengatakan Lorenzo akan mendominasi musim 2016 masih belum valid. Kita tunggu hingga setidaknya di race perdana Maret nanti!

Salam MotoGP

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun