Mohon tunggu...
Ebelianty
Ebelianty Mohon Tunggu... Lainnya - Suka Nulis

Merelaksasi diri dengan jalan kaki

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Drama Series "Sex and the City"

21 April 2024   21:51 Diperbarui: 21 April 2024   22:38 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali lagi ke series ini, saya kira tidak perlu ada aturan bagaimana seseorang menginginkan atau menjalin hubungan dengan orang yang diinginkannya. Cintai sebanyak-banyaknya, jika memang itu diperlukan. Kita mengira hidup masih banyak waktu begitu lama, namun lihat sekarang. Satu hari seperti satu detik berlalu seperti lagu yang dibawakan John Mayer "Stop This Train" jadi tidak ada salahnya kita menikmati dan begitu saja menjalaninya.

Pertemuan dan perpisahan menjadi satu paket hidup yang tidak bisa dipisahkan, begitu juga dengan rasa senang dan sedih. Keduanya ada, sebagai penanda bahwa kita masih hidup, kita masih bisa jatuh dan bangun. 

Dalam kondisi terpuruk sekalipun, kita masih bisa menikmati donat manis yang penuh dengan gula. Banyak orang bilang ada banyak hikmah atau pembelajaran dari sebuah masalah. 

Jika saat ini kita tidak mengerti, makan saja donat yang manis kemudian lalui begitu saja. Saya lupa bagian ini pada episode ke berapa, pada saat si penulis diputus pasangannya melalui selembar post it-note di pagi hari. Itu seperti mimpi buruk, namun tidak ada yang kekal bukan? Jadi mimpi buruk juga bisa berubah mejadi kenyataan yang lebih manis. Menangislah sampai puas dan lanjutkan hidup untuk diri sendiri.

Kita akan bertemu dengan beberapa orang  dalam hidup kita dan menganggap mereka begitu istimewa karena membuat kita merasa bahagia dan orang itu tidak akan lagi menjadi istimewa karena membuat kita tidak bahagia. Namun, tunggu dulu apakah kita harus merasa seperti itu? 

Jika orang tersebut pernah mengisi hari-hari kita dan pernah menghujani kita dengan kebahagiaan? Bukankah harusnya kita lebih banyak berterima kasih dengan alam semesta, karena kita pernah merasa bahagia? 

Apakah kita harus membenci seseorang yang pernah melukai kita? atau mungkin kita sendiri yang merasa dilukai dan menempatkan diri kita sebagai korban? Saya kira semakin banyak kita membenci orang lain, semakin banyak pula kita membenci diri kita sendiri. Apakah seperti itu? Tapi kita punya hak untuk membenci, namun untuk apa kita membenci?

Ketika kita menjalani hubungan dengan seseorang, kita harus banyak berkompromi. Di dalam kompromi ada pengorbanan, kita juga diharuskan bisa mengesampingkan beberapa hal kesenangan kita. Itu akan terjadi begitu saja, pada salah satu kisah sahabat dari penulis kolom koran ini. Dia menyadari bahwa dia sudah berada dalam sebuah relationship yang serius dan harus banyak melakukan perubahan. Namun tidak merubah hidupnya 100%, hanya saja prioritas kehidupanya sudah berubah. 

Apakah ada relationship yang serius dan tidak serius? Jika ada, kemudian apa yang menjadi pembeda keduanya? Apakah pernikahan sebagai tanda keseriusan? Apakah menjalani saja dianggap tidak serius? Saya kira, setiap pertanyaan penulis kolom koran ini menjadi scene paling favorit bagi saya. Saya juga ikut bertanya dan berfikir kembali, kemudian bertanya dan bertanya. 

Karena sebuah pertanyaan yang baru akan membuat saya kembali befikir dan menganalisa pernyataan dan kenyataan yang sudah ada. Selama kita masih memiliki hari dan pagi yang baru, tidak ada salahnya kita bertanya. Mungkin kita tidak akan tahu jawaban yang tepat dan pasti, sebelum kita mengalaminya sendiri.

Berbicara mengenai relationship, tak luput dengan sebuah perpisahan. Kebanyakan dari kita tidak ingin melewati tahap ini atau bahkan perceraian dalam sebuah pernikahan. Tahap ini akan menguras banyak sekali tenaga dan emosi. Apakah perpisahan dan perceraian sesuatu yang buruk? Hal yang perlu dihindari atau malah harus dihadapi? Mengucapkan selamat tinggal mungkin tidak mudah dibandingkan mengucapkan selamat datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun