Mohon tunggu...
Hadi
Hadi Mohon Tunggu... Penulis - Tukang Buku

membaca, menulis, membaca, menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kuk Swamp: Perkebunan Pisang Tertua di Dunia

22 November 2023   13:09 Diperbarui: 23 November 2023   09:00 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekelompok orang diterjunkan diterjunkan ke pedalaman Papua Nugini pada tahun 1970-an. Saat itu, wilayah yang berada di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut itu, masih terisolasi dan sulit dicapai. Kini, sudah ada kota yang dibangun di dekatnya, Mount Hagen.

Orang-orang itu tahunya adalah wilayah itu subur dan kemungkinan besar dapat dijadikan area pertanian modern. Wilayah yang berada di bagian barat dataran tinggi Papua Nugini tersebut, masih berupa rawa saat pertama didatangi.

Selidik punya selidik, orang-orang itu menemukan bahwa area yang mereka datangi pernah dijadikan tempat bercocok tanam. Terbukti dengan adanya sisa-sisa parit dan saluran air.

Baca juga: Entri Baru di KBBI

Dari penemuan-penemuan itu, para ahli berkesimpulan bahwa daerah itu merupakan daerah perkebunan yang pernah dihuni oleh penduduk berjumlah besar. Para ahli tersebut juga memperkirakan bahwa  daerah itu sudah dijadikan perkebunan pada 7000-10.000 tahun yang lalu.

Para ahli juga menyatakan bahwa tanaman utama yang ditanam di rawa-rawa Kuk adalah sejenis talas. Selain itu, para ahli juga menyimpulkan bahwa daerah tersebut juga pernah ditanami pisang dan tebu.

Perkebunan pisang di sana diperkirakan baru ada pada tiga ribu tahun yang lalu. Pada masa itu, tanaman pisang masih menghasilkan buah yang kerasnya melebihi singkong. Saking kerasnya, buah itu mustahil dapat dimakan manusia.

Lalu mengapa orang-orang di sana repot-repot menanam pisang? 

Jawabannya ada pada tanaman pendahulu yang dibudidayakan di sana, talas.

Para ahli menyebutkan bahwa talas dibudidayakan terutama karena umbi yang kaya karbohidrat. Selai itu, batang dan daunnya juga dapat diolah menjadi makanan.

Meskipun buah pisang tidak bisa dimakan, umbinya masih bisa dimakan. Hal ini kata para ahli terbukti dari adanya penduduk di sekitar sana yang memakan umbi pohon pisang.

Pertanyaan lain yang mucul adalah, dari mana para ahli itu menyimpulkan ada tanaman pisang yang ditanam secara massal di sana? Bukannya akar, batang, daun, hingga buah pisang itu mudah sekali lapuk. Apa mungkin ada sisa-sisa tanaman pisang di dalam rawa-rawa itu?

Jawabannya adalah yang dalam dunia arkeologi disebut phytolith atau fitolit. Bagian tumbuhan yang sangat kecil, tetapi keras yang biasanya ditemukan pada batang tanaman yang berada di permukaan tanah. Fitolit akan gugur tepat di tempat tanamannya tumbuh, tetapi tahan terhadap berbagai jenis pengurai. 

Selain itu, fitolit setiap tanaman akan berbeda dengan fitolit tanaman lainnya. Para ahli membandingkan fitolit yang ditemukan di Rawa Kuk dengan fitolit tanaman pisang yang ada di Papua Nugini lainnya.

Simpulannya, fitolit yang mereka temukan di Rawa Kuk adalah fitolit dari tanaman pisang. Mengingat jumlah fitolit yang ditemukan cukup akeh, para ahli juga bersimpulan bahwa Rawa Kuk pernah digunakan sebagai perkebunan pisang.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun