Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 11)

14 Juli 2024   20:36 Diperbarui: 14 Juli 2024   22:48 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gadis Penari Bedhaya Nasyabilla. Sumber gambar dari Keratondjogya.id

Setelah pertemuan dengan Nasyabilla di Pendopo keraton yang berada di Taman Keputren, Gusti Raden Ayu Kamelia pun segera menyampaikan rencananya pada kakaknya dalam menyelamatkan Rizqita Hayyu yang sekarang ada 'Nasyabilla' di nama depannya.

Walaupun sampai sekarang, mereka berdua juga tidak tahu alasan mengapa ada nama depan tambahan pada Rizqita Hayyu oleh abdi dalem mataya, Nurul Puspita Rawadanti yang diberi tugas untuk merawatnya sejak masih bayi.

"Mbakyu sependapat dan sangat mendukungmu untuk mengangkat kembali hak dan harkat Nasyabilla sebagai keluarga ningrat di Keraton" Jawab K.G.R Azijah sambil mengangkat gelas tehnya yang masih hangat dan langsung meminumnya.

Kalimat dari kakaknya, Kanjeng Gusti Ratu Azijah membuat G.R.Ay Kamelia semakin bersemangat dan berusaha membuang semua ketakutan yang ada di dalam hatinya bila nantinya dia akan membuka semua rahasia pada dirinya di depan semua keluarga besar Keraton, termasuk suami dan anak-anaknya.

"Ceritakan saja apa adanya pada rapat keluarga setelah acara jamuan makan dan tampilan Tari Bedhaya di malam Gebyar Budaya Keraton! Semua itu demi menyelamatkan Nasyabilla yang sudah lama hidup dalam penderitaan! Apapun konsekuensinya nanti ditanggung bersama!"

Tambah Kanjeng Gusti Ratu Azijah dalam memberikan dukungan pada adik satu-satunya yang sangat disayanginya sambil memegang jemari tangannya agar tetap kuat menerima takdirnya.

Baca Juga : Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 8)

Gusti Raden Ayu Kamelia sungguh merasa sangat bersyukur karena mulai dari kecil, kakaknya itu sangat penuh perhatian dan membantu dirinya apabila dalam kesulitan.

Seperti saat masa-masa remajanya yang pernah membuat aib keluarga keraton akibat nafsu asmara terlarangnya. Hal itu karena dirinya belum paham akan makna cinta sejati yang sesungguhnya serta dampaknya bila melanggar norma yang ada di masyarakat. 

Gusti Raden Ayu Kamelia hanya bisa menyesali dan merasa bahwa sampai sekarang semua penderitaan dan hukuman akibat perbuatannya itu seperti tidak pernah ada habisnya menerpa dirinya dan juga pada orang lain yang disayanginya.

Mulai dari Abdi dalem mataya Nurul Puspita, guru menarinya harus menerima hukuman juga dari almarhum ayahandanya, KGPH Ramdhanu Adi Wasana. Juga kekasihnya, Kusworo Adi Pranoto yang bahkan dinikahkan dengan Nurul Puspita untuk merawat Rizqita Hayyu, anak dari buah cinta kasih terlarangnya serta diusir dari lingkungan Istana Keraton.

Belum lagi almarhumah ibundanya, Kanjeng Gusti Ayu Deshinta Putri yang tidak pernah menengok dirinya sekalipun saat dihukum dalam pengasingan. Semenjak peristiwa malam kelam itu, ibundanya sama sekali tidak pernah bicara lagi pada dirinya sampai beliau wafat. Sungguh hukuman terberat dalam hidup yang harus dijalani oleh Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila.

Hukuman terberat justru menimpa pada anaknya, Rizqita Hayyu yang dipisahkan dengan dirinya sejak masih berumur tiga bulan atas perintah Kanjeng Susuhunan yang juga ayahandanya. Bayi kecil yang tidak berdosa itu harus menanggung penderitaan mulai dari masa bayi sampai di usia dewasanya.

Baca Juga : Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 9)

Gusti Raden Ayu Kamelia sudah tidak bisa lagi menahan kesedihan terdalamnya hingga butiran air matanya mengalir di pipinya.

"Maaf mbakyu! Terima kasih banyak karena telah membantu saya di masa-masa sulit. Saya tidak tahu harus bagaimana bila tidak ada mbakyu yang selalu ada di samping saya! Mungkin saya sudah mati bunuh diri...!"

Kalimat dari Gusti Raden Ayu Kamelia membuat Kanjeng Gusti Ratu Azijah di depannya menjadi sedikit kaget namun dengan kata-katanya yang lembut, beliau tetap berusaha memberi semangat pada adiknya itu.

"Kamu jangan bicara seperti itu, Adikku! Takdir ini harus kamu jalani tanpa mengeluh dan berusaha mencari cara untuk memberitahu Nasyabilla, bahwa dia sebenarnya anakmu yang pernah diasingkan dan....sekarang ini saatnya untuk mengangkat derajatnya sebagai putri ningrat keraton!".

K.G.R Azijah berusaha menenangkan hati G.R.Ay Kamelia dengan kalimat yang sama sekali tidak menyalahkan atau mengingatkan kembali akan aib yang pernah dibuatnya hampir 20 tahun yang lalu pada keluarga keraton.

Gusti Raden Ayu Kamelia mendengar kalimat dari kakaknya yang menyejukkan segera berusaha untuk bangkit kembali. Rasanya benar apa yang kakaknya ucapkan. Dia tidak boleh mengeluh atau selalu menyesali kesalahan yang pernah dibuatnya di masa lalu. Semua itu adalah kesalahannya dan kini saat memperbaikinya.

Nasib harus diubah. Bila tidak, nasib Nasyabilla justru akan menjadi tidak jelas statusnya yang padahal dia adalah anak kandungnya. Keberanian untuk mengubah takdir harus dimulai dari dirinya sendiri dengan segala risiko dan pengorbanan semata demi anaknya yang telah lama hilang itu.

Gusti Raden Ayu Kamelia mengerti resikonya bila dia membuka rahasia yang selama ini disimpannya. Pasti seisi Istana Keraton termasuk suami dan anaknya akan terkejut dan akan mengutuk perbuatannya.

Bila semua rahasia sudah diungkapkan, bila diusir dari istana pun, Gusti Raden Ayu Kamelia juga sudah menyiapkan diri dan akan memilih tinggal bersama Nasyabilla di luar Istana Keraton. Dia hanya berharap, bahwa semua hal yang ditakutkan itu tidak terjadi.

Apalagi kakaknya, Kanjeng Gusti Ratu Azijah yang akan membela dan menjelaskan di rapat pertemuan keluarga nantinya. Berpikir seperti itu, membuat hati Gusti Raden Ayu Kamelia menjadi semakin percaya diri. Dia sudah tidak memikirkan apabila ada cibiran lagi dari orang lain atau masyarakat tentang dirinya.

Baca Juga : Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 10)

Masyarakat selama ini hanya melihat hal yang baik dan indah saja dari keluarga keraton. Mereka semua selalu beranggapan bahwa menjadi putri ningrat atau bangsawan keraton pastilah bahagia. Padahal semua itu tidaklah benar.

Banyak tata krama, budaya luhur dan adat dalam kehidupan sehari-hari yang selalu dijaga ketat sesuai dengan protokol di dalam kerajaan termasuk juga dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat.

Terkadang aturan itu sangat menyiksa para anggota keluarga keraton sehingga mereka semua yang menjadi warga istana merasa hidupnya tidak bebas seperti halnya masyarakat umum lainnya dalam menikmati hidup ini.

Akan tetapi, takdir dan nasib tidaklah selalu berjalan seiring dan berdampingan sesuai harapan setiap orang. Setiap nasib baik atau buruk yang terjadi pada setiap manusia, pastilah akibat takdir mereka yang tidak bisa dijaga dengan baik dalam menjalaninya.

"Adikku, Gusti Raden Ayu Kamelia! Karena hari sudah sore, sebaiknya kamu beristirahat di kamarmu dan besok siang temani mbakyu untuk melihat persiapan para penari Bedhaya yang akan tampil di acara malam Gebyar budaya di Pendopo pada malam harinya!"

Kata Gusti Kanjeng Ratu Azijah yang pelan membuat Gusti Raden Ayu Kamelia tersadar dari lamunannya sesaat.

"Saat ini, biarkan Nasyabilla dan para penari Bedhaya lainnya untuk fokus pada tampilan tari Bedhaya yang sakral itu. Jangan sampai dia diberitahu bahwa kamu sebenarnya adalah ibunya sebelum dia tampil dalam tarian itu!" Tambah Kanjeng Gusti Ratu untuk meyakinkan adiknya.

"Inggih mbakyu! Sendiko dawuh!" Jawab G.R.Ay Kamelia sambil menundukkan kepalanya dengan sopan meskipun pada kakaknya sendiri karena beliau tetaplah juga seorang Ratu baginya.

Baru juga mereka berdua beranjak dari kursi di Pendopo Taman Keputren, tiba-tiba ada suara teriakan ceria dan gembira dari arah anak tangga yang menuju ke Pendopo.

"Ibundaaaa!"

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun