Melihat KGPH Ramdhanu Adi Wasana yang terlihat kesakitan sambil memegang dadanya, Pangeran Sentana, Banu Wibiyoso yang sedari tadi hanya duduk diam dan menahan diri untuk tidak bicara di dalam pertemuan khusus di ruang keluarga keraton, akhirnya memberanikan diri untuk maju sambil beringsut duduk bersimpuh dan memohon izin pada Susuhunan karena ingin menyampaikan sesuatu pada KGPH Ramdhanu secara pribadi.
Meskipun dipanggil dengan sebutan "Pangeran", namun Banu Wibiyoso bukanlah seorang Pangeran dalam arti gelar bangsawan karena keturunan ningrat keraton, melainkan gelar yang termasuk dalam golongan abdi dalem yang terpercaya dengan pangkat dan jabatan tertinggi di Istana keraton yang paling dekat dengan Raja dengan tugas untuk membantu Kanjeng Susuhunan dalam menjalankan pemerintahan di Keraton sehari-hari.
"Nyuwun Duko! (Maaf, bila berlaku kurang sopan), Kanjeng Gusti Pangeran! Mohon izin mendekat untuk menyampaikan sesuatu!" Pangeran Sentana Banu Wibiyoso duduk di depan KGPH Ramdhanu dengan tangan merapat yang diletakkan di depan wajahnya.
Kanjeng Gusti Pangeran Harya Ramdhanu sangat hafal dengan watak dari abdi dalem Pangeran Sentana, Banu Wibiyoso ini. Beliau menilai bahwa abdi dalem yang tampan dan berkumis tipis ini sangat dikenal bijaksana dan sering bisa menyelesaikan masalah internal atau eksternal yang terjadi di Keraton.
Baca Juga  :  Rahasia Gusti Raden Ayu Kamelia Fadila dan Gadis Penari Nasyabilla (Bagian 1)
Setelah minum segelas air putih yang dibawa oleh seorang abdi dalem bekel anom, yaitu abdi dalam keparak yang khusus melayani anggota keluarga raja dan ratu, KGPH Ramdhanu yang sudah mulai bisa mengontrol emosinya di dalam ruang pertemuan yang membahas aib keluarga akibat ulah hubungan terlarang putri keduanya, Gusti Raden Ajeng Kamelia Fadila, hanya mengamati suasana ruangan yang semakin sangat hening.
Hanya ada isak tangis dari G.R.A. Kamelia yang termasuk terdengar sangat keras karena merasa bersalah telah membuat keluarga besar keraton kecewa pada dirinya, khususnya pada ayahandanya KGPH Ramdhanu yang sangat menyayanginya dan juga telah memberikan kepercayaan penuh padanya. Namun sekarang ini, semua penyesalan itu sudah terlambat baginya.
KGPH Ramdhanu menyadari bahwa dirinya adalah Raja di Istana Keraton dan semua titahnya adalah hukum yang berlaku di Keraton.Â
Mengingat akan hal itu dan demi menjaga wibawanya, akhirnya beliau berusaha untuk tetap tenang dalam bersikap dan berbicara di dalam mengatasi semua permasalahan keraton termasuk permasalahan dan aib yang menimpa keluarganya sendiri meskipun hatinya sangatlah murka.
"Silakan mendekat Pangeran Sentana, Banu Wibiyoso! " Perintah beliau dengan suara parau yang pelan namun terasa dingin. Wajah beliau masih terlihat pucat dengan tatapan mata yang kali ini sepertinya kosong.