Biasanya dihidangkan di atas piring dengan kertas minyak sebagai alasnya. Gunanya, saat makanan tersebut tidak habis saat disantap, bisa segera kita bungkus dengan kertas tersebut dan dibawa pergi atau disimpan untuk dinikmati nanti saat senggang atau merasa lapar lagi.
Kekayaan laut kita yang menyediakan ribuan ton ikan yang berprotein tinggi, ternyata masih banyak yang disia-siakan. Sedihnya, terkadang kekayaan ikan laut kita sering dicuri oleh nelayan dari negara lain karena kita sebagai pemiliknya tidak memahami nilai gizi dan ekonominya yang tinggi.
Potensi kelautan kita dalam produksi perikanannya merupakan peringkat ke-13 di dunia namun menjadi aneh saat disebutkan bahwa tingkat konsumsi ikan masih rendah dan hal ini sungguh memprihatinkan.
Dibandingkan dengan Malaysia, tingkat konsumsi ikan laut pada mereka bisa disebut lebih tinggi daripada warga Indonesia. Ini yang aneh!
Faktor apa yang menyebabkan rendahnya tingkat konsumsi ikan di Indonesia?
Pertama, ketidakpahaman masyarakat Indonesia tentang gizi dan manfaat protein yang ada pada ikan untuk kesehatan yang utamanya pada menguatkan otot jantung dan juga untuk asupan gizi yang dibutuhkan oleh otak dalam meningkatkan kecerdasan.
Kedua, rendahnya keterampilan dalam mengolah hasil perikanan untuk diolah menjadi makanan yang menyehatkan. Hal ini dibuktikan dengan adanya berita di Sumatera baru-baru ini tentang kasus pembuangan puluhan ton ikan laut hasil tangkapan nelayan karena tidak laku dijual.
Ketiga, tidak meratanya dan rendahnya layanan distribusi hasil tangkapan ikan laut untuk dipasarkan pada warga kota yang lokasinya jauh dari pesisir pantai sehingga masyarakat di sana tidak mengenal dan terbiasa untuk mengonsumsinya sehari-hari.
Keempat, rendahnya teknologi pengolahan dan pengawetan hasil tangkapan ikan untuk diolah secara langsung siap saji ataupun dalam bentuk makanan mentah yang tetap segar sebagai komoditas ekspor dengan menjaga standar kualitas dan kuantitas tentunya.