Lebih dari puluhan kali, bila berkunjung ke Bali, saya selalu menyempatkan untuk menikmati pagelaran Tari Barong dan Keris yang ditampilkan oleh Sanggar Putra Barong di daerah Celuk, Sukawati, Gianyar.
Sendratari tentang pertarungan kejahatan melawan kebaikan, sangat apik dibawakan totalitas oleh para seniman dan seniwati yang hampir semuanya warga asli dari Bali.
Mulai dari gending pembuka yang mengalun dinamis, tipikal gamelan tradisional Bali dan awal cerita pun dimulai. Tarian pembuka cerita dari dua orang penari yang sangat memukau dan juga adanya adegan mistis di pengujung pagelaran mampu membius semua perhatian penonton dan membawanya ke dalam perasaan takjub.
Uniknya, koreografi Tari Barong yang ditampilkan pada saat saya menonton setiap tahunnya, mulai dari tahun 2002 sampai dengan 2024, ada hal-hal tertentu yang berubah bila dibandingkan pada koreografi awal di setiap babak cerita "Tari Barong dan Keris".
Itu menunjukkan adanya proses penciptaan atau kreasi baru pada seni koreografinya di bagian-bagian tertentu yang tidak mengurangi nilai sakralnya. Seperti kita ketahui bersama bahwa pertunjukan seni di Bali, konon dibagi menjadi Tiga Jenis.
Pertama adalah jenis Pertunjukan Adat, yaitu semua prosesi dari awal sampai dengan akhir, tidak ada satu pun yang memang ditujukan untuk memberikan hiburan kepada para pengunjung atau wisatawan yang datang.
Seperti halnya upacara pembakaran mayat atau Ngaben, Hari Raya Nyepi dan lainnya. Karena semua itu merupakan bagian dari ajaran agama Hindu. Tidak ada tawar-menawar di dalam proses pelaksanaannya untuk dikompromi.
Kedua, jenis Pertunjukan Semi Adat. Klausa yang kedua ini sangat menarik karena meskipun mengandung budaya adat, namun masih ada bagian tertentu yang bisa diubah sesuai selera masyarakat atau para penontonnya semata agar tidak membosankan.
Di bagian ini, terkadang ada aura mistisnya, sehingga antara penampil dan penonton bisa untuk saling berinteraksi untuk saling memberikan apresiasi positif.