Dalam kasus contoh pertunjukan Tari Barong, mulai dari awal pertunjukan, sudah ada gebrakan untuk membangun komunikasi interaktif melalui umpan kalimat yang saling bersambung sehingga menimbulkan gelak tawa penonton.
Pada tahun-tahun awal saat saya menikmati pertunjukan Tari Barong dan Keris tersebut, tidak ada kalimat dalam Bahasa Bali yang divokalkan dalam pentas yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, kecuali beberapa tahun belakangan ini.Â
Itu artinya, disamping memberikan hiburan, para seniman dan seniwati Bali, ingin memberikan edukasi positif dan mengajak untuk turut serta tentang pelestarian tari tradisional tersebut pada masyarakat ramai
Juga, para seniman Bali yang pada tahun-tahun awal didominasi oleh kaum laki-laki, pada tahun belakangan ini, peranan seniwati perempuan, juga tidak kalah penting dalam setiap pertunjukan Tari Barong dan Keris di berbagai daerah atau sanggar tari.
Baca Juga: Pelarangan Program Study Tour, Solusi yang Solutifkah Bagi Semua Pihak?
Hanya saja, untuk gerakan-gerakan yang dianggap mampu memberikan hiburan dan memancing gelak tawa, sampai sekarang masih selalu dijaga dan ditampilkan tanpa mengalami perubahan koreografi.
Adegan itu akan muncul saat Kalika, murid Rangda yang paling sakti ilmunya mengajak duel Sahadewa. Dia selalu kalah meskipun berubah wujud menjadi berbagai jenis hewan buas dan salah satunya yang menggemaskan adalah saat berubah menjadi babi hutan berekor merah.
Ketiga adalah Jenis tari murni untuk pertunjukan hiburan meskipun bernuansa adat dan budaya Bali, namun bukanlah adat dari awal melainkan daya kreasi seniman yang tinggi sehingga bisa menciptakan karya seni yang tinggi pula untuk memberikan ruang hiburan.
Sebut saja sebagai misal beberapa jenis tarian Bali. Mungkin Anda pernah dengar Tari Kecak? Tarian yang menggambarkan Kisah Perang Mahabarata, dimana Hanuman dengan Pasukan Kera pengikutnya menyerbu Kerajaan Alengka untuk membantu Rama melawan Rahwana.