Bila tertangkap, mereka akan dikenai hukuman, entah menyanyi atau kehilangan poin nilai dan seterusnya sesuai kesepakatan sebelum permainan dilakukan.
Ada juga Rangku Alu, yaitu permainan melewati batang bambu yang dibuka tutup secara berirama dan bergerak teratur. Bila tidak berkonsentrasi dan ada salah satu pemain yang jatuh atau salah melangkah, tim mereka dinyatakan kalah.
Permainan tradisional anak lainnya juga tidak kalah mengasyikkan untuk dicermati mengingat anak-anak di era generasi milenial atau generasi Z tersebut sudah hampir tidak mempunyai waktu dan kesempatan untuk melakukannya di lingkungan tempat tinggal mereka.
Mengapa demikian?
Coba saja dicermati sendiri, pernahkah kita melihat permainan yang disebutkan di atas, saat ini, sering dimainkan oleh anak-anak di lingkungan tempat tinggal kita? Jarang, kan?
Hal ini sungguh menjadikan keprihatinan bersama dan kita tidak perlu menyalahkan siapa pun mengingat perubahan zaman di era globalisasi ini terjadi dengan cepat dan tidak bisa dilarang.
Anak-anak generasi sekarang cenderung untuk bersifat individu dalam mencari hiburan atau permainan.Â
Tentu saja arahnya pada permainan online game. Bila mereka bermain berkelompok pun, setiap pemain juga rasanya sering bertemu di dunia maya tanpa mengetahui identitas asli dari pemain lainnya bila bersua di dunia nyata.
Dampaknya, terjadi perubahan karakter pada anak-anak di generasi sekarang. Para orang tua sebetulnya juga menyadari akan hal ini, namun apa daya, daripada anak mereka tantrum, solusinya adalah memberikan smartphone dan membiarkan anak asyik bermain agar tidak rewel.