Sahabat Kartini yang keenam adalah Mrs. H.G. de Booy-Boissevain. Â Bernama lengkap Hilda Gerarda de Booy yang tinggal di Amsterdam dan merupakan cucu dari Charles Boissevain, seorang pemimpin redaksi dari harian Algemeen Handelsblad.
R.A. Kartini berkenalan dengan beliau saat menemani ayahandanya yang diundang oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Bogor pada saat itu.
Setelah pertemuan itu, mereka berdua menjalin persahabatan melalui surat-menyurat. Dari surat tersebut, Nyonya Booy membentuk perhimpunan Kartini-fonds di Belanda dan memberikan ceramah tentang pemikiran Kartini kepada masyarakat Belanda.
Sahabat R.A. Kartini yang ketujuh adalah Prof. Dr. G.K. Anton. Beliau merupakan Guru Besar Ilmu Kenegaraan di Yena (Jerman) yang beristrikan seorang Belanda.
Pada saat Mr. Anton berkunjung ke Jepara, mereka berdua terkesan dengan pemikiran Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan para perempuan terhadap kaum dominasi kaum laki-laki di masa penjajahan dan juga di era adat budaya Jawa yang sangat ketat. Setelah perkenalan itu, korespondensi melalui surat terus berlangsung sampai R.A. Kartini wafat.
"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya, tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama" (Penggalan surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, tanggal 4 Oktober 1902).
Artikel ditulis untuk Kompasiana.com dalam rangka memperingati Hari Kartini, 2024.
Magetan, 21 April 2024
Sumber referensi :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini
2. Buku : R.A. Kartini, HABIS GELAP TERBITLAH TERANG, Door Duisternis Tot Licht, Penerbit NARASI, Gejayan, Yogyakarta, 2018