Tergelitik juga pikiran ini saat ada pertanyaan, bagaimana jika di bulan Ramadan, kita tidak hanya berpuasa menahan lapar dan haus saja, tapi juga bisa (mampu) secara totalitas untuk menghentikan semua aktivitas media sosial kita?
Untuk menjawabnya justru menimbulkan pertanyaan balik bahwa apakah di zaman serba digital ini, kita (bisa) atau mampu untuk sama sekali tidak mengguunakan media sosial di jejaring komunikasi dan informasi online?
Ada 2 jenis jawaban yang dikategorikan sebagai jawaban relatif dan jawaban normatif.
Untuk jawaban relatif bisa ditengarai dan ditebak bahwa jika ada niat yang kuat dan disiplin, pastilah semua dari kita akan (bisa) mampu untuk melaksanakannya dengan menyadari semua konsekuensi untung rugi bila benar-benar berani untuk kegiatan 'puasa' bermedia sosial.
Ada dua terms (istilah) yang perlu diperhatikan untuk menunjukkan komitmen berpuasa dalam ber-medsos selama bulan Ramadan. Istilah itu adalah  "bisa", dan yang kedua adalah "mampu".
Perbedaannya, untuk kata 'bisa", artinya kegiatan itu dilakukan tanpa mendapatkan permasalahan dan rintangan yang berarti dalam pelaksanaannya. Hanya mereka yang mempunyai kemampuan, minat, semangat, komitmen, disiplin dan etos diri yang tinggi yang akan berhasil karena merasa TIDAK menemukan kesulitan.
Sedangkan, kata 'mampu', berarti orang tersebut tetap dianggap berhasil melakukannya meskipun mengalami banyak kendala, kesulitan, keraguan dan susah payah dalam banyak hal lainnya, namun mereka masih dianggap tidak maksimal dalam proses pelaksanaannya.
Sebagai contoh, coba bandingkan kedua kalimat (a dan b) yang mempunyai arti sama, tapi berbeda dalam maknanya : a. Banu bisa berenang menyeberangi Sungai Berantas., b. Arkay mampu berenang menyeberangi Sungai Berantas.
Cermati, siapa yang melakukannya tanpa kesulitan dan siapa juga yang berhasil melakukannya namun dengan susah payah dalam berusaha menyeberangi sungai.
Pada kelompok relatif ini, semua akan berfokus pada tujuan. Misalnya, berhenti bermedia sosial pada 10 hari terakhir di bulan Ramadan, semata demi kekhusyukan untuk mendapatkan malam lailatur qadar, fokus untuk menuntaskan khataman bacaan Al-Qur'an atau hal lainnya.
Bagimana dengan jawaban normatif?
Mereka yang menjawab dengan kalimat normatif akan selalu memberikan banyak kalimat pernyataan dan pertanyaan juga, seperti mengapa kita juga harus berhenti untuk ber-media sosial di bulan ramadan?, Manfaat dan tujuannya apa juga?, dan Yakinkah kita bisa atau mampu melakukannya?
Ada beberapa pendapat dari mereka yang berada di kelompok normatif dan anehnya hal itu diterima secara umum saja di masyarakat kita tentang manfaat bermedia sosial sehingga berpendapat bahwa media sosial tidak perlu ikut berpuasa di bulan ramadan.
Pertama manfaat dalam dunia pendidikan yang saat ini sedang digiatkan merdeka belajar, yaitu proses pembelajaran yang bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan materi bisa diakses gratis tidak terbatas ruang serta waktu.
Metode pembelajaran online menjadi ujung tombak dalam penyampaian materi pelajaran di saat badai Covid-19 menerjang seluruh dunia. Setelah itu proses Online Learning tersebut digabungkan dengan pembelajaran offline (tatap muka) di kelas dengan bantuan alat, metode, peraga dan berbagai program aplikasi informatika di media sosial sebagai unsur penunjangnya.
Proses pembelajaran gabungan online dan offline itu istilahnya disebut dengan 'Blended learning'. Sampai sekarang pun, blended learning ini menginspirasi bapak dan ibu guru untuk tetap aktif menggunakan aplikasi seperti Facebook, Youtube, Whatsaaps, Twitter X, Tik-Tok, Instagram dan aplikasi lainnya untuk proses transfer of knowledge kepada anak didik mereka
Kedua, manfaat dalam dunia bisnis perdagangan. Meskipun di bulan Ramadan, transaksi keuangan dalam dunia usaha, mulai dari promosi produk, pemesanan barang dam lainnya, semua menggunakan aplikasi di berbagai konten atau lapak di media sosial.
Itu juga menyangkut hajat hidup orang banyak agar arus transaksi keuangan dalam dunia tetap mengalir lancar serta menjaga cashflow yang seimbang di masyarakat agar tidak terjadi inflasi besar-besaran yang membahayakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Ketiga, manfaat di dunia informasi teknologi. Berbagai aplikasi di media sosial, memberikan informasi yang ter-update setiap detiknya. Peristiwa yang terjadi mulai dari perang, bencana alam, pandemi dan kejadian lain akan bisa diketahui oleh mereka yang tinggal ribuan mil di negara lain.
Mau tidak mau, hajat hidup orang banyak di negara lain juga akan terpengaruhi dan harus segera mengambil sikap untuk penyelamatan dan bertahan hidup di tengah krisis dunia. Namun bila informasi yang diterima tidak dikelola baik atau bahkan diabaikan,banyak chaos yang terjadi masyarakat dan dapat dengan mudah meruntuhkan sebuah negara berdaulat.
Bagaimana dengan dunia entertainment di medsos?
Nah, Manfaat Keempat itu yang mungkin bisa ditangkap bahwa sebaiknya kita ini berpuasa di media sosial itu terkait dengan aplikasi dunia hiburan online.
Banyak yang berasumsi bahwa selama aplikasi di media sosial tidak memberikan dampak positif bagi orang lain, sebaiknya berhenti saja untuk menggunakan medsos tersebut. Dengan begitu, kesehatan mental kita menjadi terjaga dan sehat karena selalu mempunyai prasangka baik dan selalu mempunyai energi positif agar bermanfaat bagi orang lain.
Asumsi tersebut masuk akal juga dan tidak ada salahnya untuk direnungkan karena jjujur harus diakui bahwa saat ini banyak aplikasi di media sosial yang hanya menampilkan berita-berita yang bersifat hoax, kebencian, fitnah, hasutan dan bahkan sesuatu yang berbau pornografi setrta pornoaksi tanpa malu lagi untuk menunjukan auratnya.
Aplikasi seperti situs porno online, humans trafficking atau, judi online banyak ditemukan di berbagai platform media sosial yang kita miliki. Meskipun sudah dipasang firewall system demi pencegahan, ternyata bagi yang sudah kecanduan, aplikasi pencegahan itu dengan mudahnya mereka tembus.
Untuk itu, kita harus menyadari bahwa media sosial itu ibarat pisau bermata dua, yaitu sisi satu dan lainnya sama-sama tajam. Bila tidak hati-hati dalam menggunakannya, akan bisa melukai diri sendiri, juga bagi orang lain bahkan keluarga kita.
Marilah kita semua, bila tidak mampu 'berpuasa', sebaiknya harus bijak dalam mengelola aktivitas media sosial khususnya di bulan Ramadan ini agar media sosial kita bisa memberikan lebih banyak manfaat daripada mudharatnya.
Artikel ditulis untuk Kompasiana.com dalam ramadan bercerita 2024
ramadan bercerita 2024 hari 20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H