Ayahnya seorang pekerja atau sinder di sebuah pabrik gula. Oleh karena itu, tidak heran, lukisan Affandi sedikit ada sentuhan suasana perkebunan tebu dan gambaran beratnya nasib para pekerja pabrik gula di masa itu.
Beliau pernah bekerja serabutan mulai menjadi guru honor, penjaga tiket gedung bioskop dan juga pekerja di biro iklan pertunjukan.
Setelah menikah dengan Maryati yang berasal dari Bogor, lahirlah sosok Kartika yang merupakan gadis cantik sebagai buah cinta mereka.
Kegemarannya akan dunia seni yang terfokus pada seni melukis membuat hidupnya menjadi berubah karena Affandi mendapat beasiswa dari The Art School Shantinikatan, Tagore University, India
Hal itu dibuktikan dengan karya lukisannya yang sangat produktif tentang suasana gaya hidup, budaya, pemandangan alam serta bangunan-bangunan di masyarakat India pada saat masih kuliah di sana.
Baca Juga: Perempuan Penjual Nasi Pecel dan Tukang Pijat yang Kupanggil Ibu adalah seorang Pembohong
Pada masa mudanya, aliran Affandi adalah Naturalisme, yaitu sebuah aliran seni rupa maupun sastra yang mengutamakan kesesuaian dan kemiripan dalam menampilkan objeknya agar serealistis mungkin seperti apa yang terlihat di alam nyata.
Namun, seiring perjalanan waktu aliran atau gaya melukis Affandi berubah menjadi Ekspresionisme.
Itu adalah gaya dari seorang seniman yang cenderung untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional dalam dirinya sehingga memberikan kesan abstrak atau fiksi.