Isak tangis histeris terdengar di sana sini. Banyak para korban yang bajunya penuh darah dari luka dan juga sobek sedang diangkat oleh beberapa orang ke pinggir jalan raya untuk segera diberikan pertolongan pertama.
Jantungku rasanya berhenti berdetak melihat kejadian yang baru saja berlangsung di depan mataku. Aku pun juga berusaha memberikan bantuan semampuku dengan ikut mencari tahu siapa saja para temanku yang telah menjadi korban kecelakaan.
Kulihat sahabatku Dhava sedang duduk dan membantu seorang pelajar yang tergeletak di pinggir jalan. " Ah!, untungnya Dhava selamat dan dia pasti sedang memberikan bantuan pertolongan pada korban", gumamku dalam hati.
Suasana semakin menjadi ramai dengan datangnya beberapa ambulan dan tenaga medis dari rumah sakit daerah di kotaku. Belum lagi adanya beberapa kemacetan yang terjadi di sepanjang ruas jalan akibat kecelakaan fatal yang mengerikan di depan sekolahku itu.
"Maaf, Pak! Siapa saja yang menjadi korban? Berapa anak? Adakah yang meninggal? Siapa saja yang luka berat atau ringan?" Itu semua adalah pertanyaan yang ada di kepalaku dan akan segera kutanyakan pada Pak Aditya, seorang guru baru di sekolahku yang sedang berdiri di sampingku.
Pak Aditya hanya menoleh padaku tanpa menjawab. Aku baru menyadari bahwa, pak Aditya tidak mengajar di kelasku, maka pantas saja dia tidak mengenaliku dan rupanya di depan beliau juga pas ada Bapak Kepala Sekolah yang sedang melihat situasi dengan bertanya pada pada Aditya.
"Ada 2 siswa yang meninggal, pak! Sedangkan yang luka ringan ada 6 anak. Untuk yang luka berat dari laporan polisi tadi ada 2 anak dan saat ini di bawa ke rumah sakit untuk penanganan" Jelas pak Aditya.Â
Akhirnya dari hasil mencuri dengar penjelasan pak Aditya kepada kepala sekolah, aku jadi tahu jumlah korban kecelakaan di situ.
Setelah itu, aku pun bergegas ke arah ambulan yang akan membawa korban yang meninggal ke rumah sakit. Dari beberapa meter jarak, tampak Dhava yang sedang berdiri di sebelah korban meninggal.
Baca Juga : Jiwa Tak Bersayap
Saat itu juga kulihat ada sosok pacarku, Amelia yang sedang berdiri di sana dan tampak selamat meskipun dia terlihat shock dengan berlinang airmata. "Pastilah, semua yang melihat kecelakaan fatal yang mengerikan dengan banyak korban di depan gerbang ini tentu akan menjadi trauma", kata hatiku sendiri untuk menenangkan diri.