Baca Juga : Kolaborasi Guru dan Orangtua Murid : Bergerak Bersama Untuk Tujuan yang Berbeda Arah
Banyak juga guru atau orangtua yang enggan untuk membahas pendidikan seks di sekolah karena merasa jengah dan menganggap sebagai satu hal yang tabu. Dampaknya, anak didik lebih memercayai pengetahuan tentang dunia asmara serta seks itu dari teman-teman seusianya tanpa mengetahui kebenaran hakikinya.
Anak didik tidak menyadari bahwa revenge porn itu bisa berbentuk perilaku komunikasi verbal langsung atau ucapan saat melakukan chatting di aplikasi medsos dengan lawan jenisnya. Misalnya, kalimat rayuan, berkomentar hinaan berbasis perbedaan gender, menguntit orang yang dikagumi (stalking) atau mengamati anggota tubuh lawan jenis secara sembunyi-sembunyi.
Apalagi saat ini diperparah dengan berbagai aplikasi di dunia maya yang menampilkan konten-konten berisi foto atau video singkat yang mengumbar aurat demi mendapatkan banyak like dan subscriber yang ujung-ujungnya bertujuan cuan juga.
Solusinya Bagaimana?
- Guru, orangtua dan masyarakat mempunyai porsi dan tanggung jawab yang sama dalam mencegah kasus revenge porn terjadi pada para generasi muda di tanah air. Mereka harus bahu membahu berkomunikasi bersama dalam menangani kasus revenge porn tersebut tanpa saling menyalahkan pihak satu sama lain.
- Sekolah harus memberikan pendidikan seks pada murid dengan mendatangkan pihak-pihak yang berwenang seperti tenaga kesehatan, dokter, bidan, psikolog dan dinas BKKBN.
- Pihak kepolisian dari dunia hukum serta dampak sanksi pidana yang mengancamnya bila melakukan tindakan revenge porn. Dalam hal ini bisa juga perlu menghadirkan tokoh agama melalui seminar di sekolah secara berkala dan berkesinambungan.
Upaya apapun yang berdampak positif dalam mencegah kasus revenge porn harus tetap digiatkan. Semua itu demi mencegah para generasi muda kita agar terhindar dari jeratan hukum. Apapun, tindakan pencegahan itu pastilah lebih baik daripada penanganan dan penyesalan setelah terjadi.
"Cinta sejati itu tidak pernah meminta, namun memberi. Cinta tulus itu membahagiakan dan bukan menyakiti. Cinta suci itu tidak memiliki, tapi mengikhlaskan serta mendoakan dalam kesuksesan'
Magetan, 26 Januari 2024
Artikel ditulis untuk Kompasiana.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H