Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mewaspadai Modus Playing Victim di Sekitar Kita

13 Januari 2024   18:28 Diperbarui: 15 Januari 2024   09:49 3706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi dalam hal ini ada banyak kejanggalan seperti mengapa membawa uang sebanyak itu dan ditinggal di dalam tas, siapa yang mengetahui bahwa dia membawa uang, kenapa tidak dimasukkan saku dan dibawa saat mengikuti upacara bendera dan masih banyak pertanyaan lainnya.

Baca Juga : Menakar Tingkat Kenakalan Murid Sebelum Mengakar Parah

Sekiranya patut dikira dengan azas praduga tak bersalah, pastilah ada yang bermain playing victim dalam kejadian tersebut. Jujur, masih banyak contoh kasus seperti di atas di sekitar kita dan harus selalu diwaspadai.

Apakah playing victim itu suatu penyakit?

Jawaban secara jujurnya adalah IYA. Itu adalah penyakit mental karena pelaku merasa tidak memiliki kendali atas dirinya dan merasa bahagia bila banyak yang melihat ketidakberdayaan dirinya apalagi bila bisa menarik simpati orang lain agar dikasihani.

Mudah untuk mengetahui ciri-cirinya. Biasanya, para pengidap playing victim ini sering menyalahkan orang lain, tidak mau bertanggung jawab, takut disalahkan apabila ada masalah dan sulit bergaul dengan temannya karena dianggap tidak bisa dipercaya.

Playing victim dalam kasus bullying di sekolah

Sudah bukan rahasia lagi apabila ada perselisihan atau perkelahian antar murid di sekolah, semua akan membela diri, memposisikan dirinya dan mengaku sebagai korban agar mendapatkan perlindungan dan bebas dari sanksi hukuman.

Sampai lupa bahwa sebuah akibat itu sebenarnya adalah buah dari sebab. Semua akan saling tunjuk menyalahkan dan tidak mengakui sebagai prima causa (penyebab awal) dari sebuah kejadian buruk.

Tidak peduli dalam kasus ini, guru pun juga (bisa) bermain playing victim bila ada masalah dengan murid atau orangtua murid tanpa mengurai akar penyebab permasalahan tersebut muncul. Semua hanya bermain playing victim dan berperan sebagai korban demi melindungi dirinya sendiri.

Penyebabnya apa sih?!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun