Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Era di Masa Joseon King's Path, Saur Sepuh dan Undecided Voters

16 Desember 2023   17:49 Diperbarui: 17 Desember 2023   07:24 1179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
King's Path, Jalan khusus dengan 3 lajur di dalam istana Gyeongbokgung, Seoul. | Sumber gambar dokumen pribadi

Ada rasa gatal di punggung ini dan untuk menggaruk kulit agar rasa gatal yang mengganggu ini bisa berkurang, ternyata sulit juga bila sendirian. Terkadang jengah juga bila meminta orang lain yang terdekat untuk menggaruk punggung kita. Mau tidak mau, terpaksa kita harus menahan rasa gatal di punggung meskipun tidak nyaman.

Itu adalah kalimat untuk menggambarkan betapa sulitnya perasaan di hati dan pikiran ini untuk mengekspresikan dalam bentuk artikel yang mengulas tentang para pemilih bimbang karena banyaknya faktor conflict of interest dari pemilih sendiri, pembuat dan pemangku kebijakan maupun dari para konstituen kepartaiannya juga.

Saat membahas pemilihan suatu jabatan atau kedudukan di satu pemerintahan, sungguh terasa complicated dalam menuangkannya namun juga tidak ada salahnya bila flashback sebentar ke pemerintahan di masa lalu sambil menunggu hasil debat capres dan cawapres 2024 yang sedang ramai di jagat media elektronik dan sosial kita untuk menarik hati para pemilih bimbang (undecided voter).

Tahukah Anda dengan Joseon King's Path di Korea Selatan?

Setiap tugas ke Korea Selatan, ada satu hal menarik perhatian saat mengunjungi Istana Raja yang banyak tersebar di beberapa kota bahkan juga ada di Gyeongbokgung, Istana terbesar yang di kota Seoul (dulunya bernama Hanyang). Ada jalan setapak dari batu datar yang terdiri dari 3 lajur yang terpisah.

Batu persegi yang ditata rapi lajur tengah itu adalah jalan khusus untuk Raja. Sedangkan di sebelah kirinya, untuk Ratu. Lajur sebelah kanan dibiarkan kosong, karena itu jalan untuk dewa yang mendampingi raja.

Barang siapa saja yang berani menginjakkan kaki atau berjalan di lajur milik Raja atau Ratu, vonis hukuman mati sudah pasti akan dijatuhkan pada mereka. Hanya pemilik jalan setapak, yaitu Raja dan Ratu yang bisa mengampuni nyawa mereka.

Semua abdi istana dan masyarakat di masa Joseon sudah mengetahuinya. Mereka menerima semua peraturan yang ditetapkan di masa kerajaan kuno itu tanpa berani memprotesnya karena mereka percaya bahwa setiap orang sudah punya jalan takdir dan nasibnya masing-masing. Mau jadi budak, orang biasa, pejabat istana atau raja sudah ditentukan sejak lahir mereka.

Baca Juga: Istana Gyeongbokgung dan Jasa Sewa Hanbok: Perlukah ditiru atau diadopsi?

Bagaimana dengan Kisah Kerajaan Saur Sepuh?

Wah, ini sebetulnya hanya kisah fiksi kehidupan di sebuah kerajaan yang melegendaris di dalam drama radio Brahma Kumbara di tahun 1985 sampai dengan 1990 an di tanah air. Bahkan sudah pernah diangkat ke layar perak juga lho! Jika Anda pernah mendengarkannya, artinya usia Anda dijamin sudah tidak muda lagi.

Setiap hari pada jam yang terjadwalkan, semua pecinta drama Saur Sepuh akan menghentikan semua aktivitasnya karena mereka akan duduk di depan radio kesayangan mereka hanya untuk mendengarkan kisah yang dituturkan oleh narrator dengan tambahan dialog serta musik, suara alam dan hewan untuk mendukung cerita agar hidup.

Tidak heran, masyarakat kita sering menyebutnya dengan drama Tutur Tinular (Cerita yang dituturkan dan diteruskan). Para pendengar radio yang setia pada drama tersebut diajak untuk berimajinasi akan gambaran perebutan tampuk kekuasaan untuk menjadi seorang raja dengan intrik asmara, pengkhianatan, dan pembunuhan sesama anggota keluarga di istana kerajaan.

Kisah yang terinspirasi oleh perebutan kekuasaan berdarah dari Ken Arok, yang menyuruh Kebo Ijo untuk membunuh Raja Tunggul Ametung agar dia bisa menikahi Ken Dedes dan menjadi raja pada kisah babat kerajaan di tanah Jawa masih terngiang di ingatan kita semua.

Era Demokrasi

Menjadi seorang 'Raja' di era 'kerajaan' demokrasi ini, tidaklah harus perlu melalui King's Path ala kerajaan Joseon di Korea yang diwariskan atau berani bermimpi menempatkan dirinya sendiri dengan menjadi raja di kerajaan imajinasi Saur Sepuh di masyarakat para pendengar radio kita.

Siapa pun dari rakyat boleh mencalonkan diri untuk menjadi 'raja' dengan telah memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan. Hanya saja, setelah itu, haruslah memenuhi perolehan suara terbanyak pada hari yang ditentukan saat rakyat memilihnya.

Mereka memilih orang yang akan memimpinnya berdasarkan paparan misi, visi, program kerja, karakter, kepribadian dan kompetensi serta banyak faktor lainnya yang mempengaruhi untuk dipilih secara aklamasi.

Ada yang mengatakan bahwa dari hasil survei, kelompok pemilih bimbang yang sering pindah pilihan (Swing Voters) atau kelompok yang sampai sekarang belum menentukan pilihan (Undecided Voter) meskipun sudah mengikuti perjalanan Capres-Cawapres mulai dari pendaftaran, penetapan, penyampaian visi dan misi serta debat terbuka, semakin meningkat jumlahnya pada tahun 2023 ini dibanding pemilu tahun sebelumnya.

Satu hal yang harus diperhatikan dan luput dari perhatian dari para Capres-Cawapres 2024 pada program mereka adalah jumlah  para Swing voters dan Undecided voter itu ada pada gender perempuan. Ingat, pemilih dari gender tersebut hampir 50% dari total 206 juta penduduk Indonesia yang mempunyai hak pilih.

Untuk merebut hati mereka, para capres-cawapres sebaiknya menawarkan dan memaparkan program nyata yang berpihak pada isu kesetaraan gender dan nasib para prempuan di masa depan bila mereka ingin terpilih di Pemilu 2024. 

Who Knows?

Artikel ditulis Untuk Kompasiana.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun