Salah satunya adalah Benteng Van De Bosch yang masih berdiri kokoh sampai sekarang di Kota Ngawi, Provinsi Jawa Timur, karena telah melalui proses renovasi besar-besarnya dan konon mencapi puluhan milyar Rupiah. Semua itu dilakukan demi menjaga nilai historis perjalanan bangsa Indonesia dan tentu saja sebagi icon pariwisata unggulan.
Masyarakat Kota Ngawi, lebih sering menyebut nama Benteng Van Den Bosh itu dengan nama Benteng Pendem. Hal itu cukup unik karena bila merujuk di banyak buku sejarah, artinya total ada 4 (empat) Â Benteng Pendem di Indonesia.Â
Yaitu Benteng Pendem pertama di Cilacap, Kedua di Ambarawa, Semarang, Ketiga ada di Kota Purworejo dan yang Keempat ada di Kota Ngawi, Provinsi Jawa Timur.
Mengapa bisa ada banyak nama benteng Pendem?
Banyak teori atau penjelasan mengapa banyak benteng Belanda asal usul namanya sering disebut "Pendem" oleh masyarakat Jawa. Pendem adalah kata bahasa Jawa yang berarti terpendam. Â
Bila melihat lokasi sebuah benteng pertahanan Belanda yang dibangun dengan batu bata merah dan luluhan gamping atau semen batu kapur putih, hampir semuanya dikelilingi oleh parit dan tanggul tanah di luar bangunan benteng semata untuk pertahanan jika ada penyerbuan.
Seolah-olah bila dilihat dari kejauhan, tanggul tanah yang kedudukannya lebih tinggi dari tembok benteng membuat bangunan benteng berada di bawah tanah alias terpendam. Oleh karena itu, masyarakat zaman dulu menyebutnya dengan 'Benteng Pendem'.
Teori yang kedua adalah dari ilmu semantics, yaitu asal usul penyebutan sesuatu hal dikarenakan phonetics , yaitu suara diucapkan mirip dengan pengucapan dari artikulasi atau tulisan pada ilmu phonology.Â