Pemahaman seperti itu perlu diluruskan melalui pertemuan atau seminar dengan agenda adanya dialog dari para pengurus komite sekolah tentang program sekolah yang sudah disepakati bersama. Dipilah dan dipilih mana saja priotitas program utama dan pendukung.demi peningkatan kualitas akademis anak didik.
Tidak heran, bila ada undangan pertemuan orangtua murid melalui rapat komite sekolah, banyak yang tidak hadir dengan berbagai alasan yang salah satunya karena mereka sudah yakin bahwa pasti ini akan ada tarikan uang sumbangan atau iuran lainnya yang semustinya, hal itu bisa disampaikan secara forum bila menganggap program sekolah tersebut memberatkan dan bersama mencari keputusan terbaik demi pendidikan putra-putri mereka.
Ketiga. Peran masyarakat dalam hal mereka yang mendukung keberhasilan dunia pendidikan menjadi hebat bisa dalam bentuk finansial untuk membantu standar pembiayaan dalam mencukupi operasional sekolah.
BUMN atau perusahasn swasta dengan CSR-Corporate Social Responbility dan kerjasama dari dunia industri harus semakin digalakkan dan berkesinambungan melalui pemberian beasiswa pada anak didik yang membutuhkan atau bantuan sarana prasarana sekolah yang dibutuhkan.
Biaya pelaksanaan operasional pendidikan di sekolah sudah dianggarkan dalam BOS dan BPOPP (Jawa Timur), namun standar pembiayaan minimal itu harus ditopang juga oleh keikhlasan sumbangan orangtua dan pihak masyarakat bila menginginkan kuantitas output dunia pendidikan kita lebih berkualitas di tingkat Internasional.
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)yang istilah bahasa Inggrisnya sering dikenal dengan NGO (Non Government Organization) juga harus berperan positif sebagai kontrol program dan sosial pada dunia pendidikan.
Mereka, meskipun terkadang tidak disukai dan dihindari, sebetulnya juga memberikan kontribusi positif sebagai wakil dari peran masyarakat. Meskipun dalam beberapa kasus ada beberapa temuan yang memang disinyalir mempunyai kepentingan lain yang bisa mengganggu sebagai alat kontrol pengawasan dari program pendidikan di sekolah.
Keempat. Program kolaborasi nyata dari sekolah dan orangtua pada kalender pendidikan kita, hampir sama sekali tidak ada atau pernah dibuat.
Pengambilan buku raport setelah ujian semester atau rapat pertemuan orangtua yang dikemas dalam agenda sosialisasi program sekolah terkadang sudah disebut sebagai kontribusi nyata dari kolaborasi orangtua murid, anak didik dan guru. Sejujurnya hal itu saja sangat jauh dari kata 'cukup'.
Mengintip dari pengalaman penulis selama belajar dan mengajar sekolah di negara Jepang, ada program unik yang bisa diadaptasi untuk diterapkan di sekolah di kita. Hanya saja permasalahan strong will dan good will untuk melaksanakan program itu justru terletak pada pihak orangtua anak didik.
Mereka mau atau tidak, bersedia meluangkan waktunya atau tidak, berkenan terlibat langsung dengan putra-putrinya pada program kolaborasi nyata di sekolah adalah pertanyaan yang diragukan akan mendapat jawaban positifnya.