Peranan dan Fungsi dari Guru Bimbingan dan Konseling tidak maksimal?
Selama ini, Bimbingan dan Konseling di sekolah belum dimanfaatkan secara maksimal baik oleh orangtua murid atau bahkan murid itu sendiri.Â
Banyak yang berasumsi bahwa mereka yang datang ke ruang BK, pastilah para murid yang nakal atau bermasalah dan utamanya berhubungan dengan perilaku yang melanggar norma agama atau adat sosial yang berlaku.
Anggapan itu tidak sepenuhnya bisa disalahkan karena memang ada beberapa kenyataan yang memang seperti itu. Oleh karena itu, baik murid maupun orangtua akan menghindari sebisa mungkin untuk datang ke ruang guru bimbingan konseling di sekolah karena malu dan takut dicap sebagai troublemakers sekolah.
Banyak kasus sudah terjadi pada anak didik yang bermasalah di rumah atau masyarakat karena faktor utamanya adalah keterlambatan dalam penanganan atau pencegahan agar tidak terjadi kasus yang lebih parah pada mereka melalui dialog bersama dalam mencari solusi yang solutif bersama antara guru BK dan orang tua anak didik.
Parahnya, justru karena ketidakpahaman orangtua murid akan substansi dari dunia pendidikan dan kurangnya membangun komunikasi dengan guru dalam mendidik putra-putrinya, selalu dan selalu menyalahkan para guru dan pihak sekolah bila ada kasus kenakalan pada anak mereka.
Bagaimana Sebaiknya Kolaborasi antara Sekolah dan Orangtua yang Ideal?
Pertama. Orangtua atau wali murid harus proaktif mengawasi perilaku anaknya selama di rumah dan juga di sekolah. juga capaian prestasi akademis mereka dengan datang ke sekolah secara langsung untuk menemui walikelas atau guru bimbingan konseling secara berkala baik diundang ataupun tidak.
Melalui catatan perilaku dan kemampuan akademis setiap anak didik yang ada di ruang BK, ada banyak keuntungan yang didapatkan oleh orangtua demi menentukan keberhasilan anak mereka untuk menapak jenjang pendidikan dan karir di tingkat selanjutnya.
Bila ada perilaku kenakalan yang melebihi tingkat kewajaran, semua itu akan bisa diatasi oleh orangtua dan guru bersama-sama untuk pencegahan pada permasalahan selanjutnya yang mengarah pada tindak kriminalitas di masa depan daripada mengatasi dampak pada kasus berat apabila diabaikan.
Kedua. Adanya kolaborasi komite sekolah nyata dengan para orangtua murid. Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa komite sekolah hanya sebagai stempel kepentingan pihak sekolah dan tidak berpihak pada kepentingan orangtua murid atau anak didik.