Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menakar Tingkat Kenakalan Murid Sebelum Mengakar Parah

8 Oktober 2023   11:22 Diperbarui: 9 Oktober 2023   09:00 1895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kenakalan anak sekolah dalam bentuk perundungan dan perkelahian.  Sumber gambar Polres Lumajang via Kompas.id.

Hal itu juga didukung oleh Ivan Pavlov, seorang dokter berkebangsaan Rusia dengan teori behaviorisme-nya (kebiasaan). 

Teori yang dikenal di dunia pendidikan untuk menanamkan secara 'paksa' (conditioning) antara pelatihan terus menerus dalam stimulus dan respon positif untuk membentuk karakter positif yang diharapkan dari anak didik.

Teori Pavlov memercayai bahwa perilaku buruk dan lingkungan yang rusak secara terus menerus akan menyebabkan kenakalan pada anak didik. Oleh karena itu, pemberian pembiasaan positif dengan adanya stimulus yang akan direspon oleh anak sepanjang hidupnya akan tertanam secara sub-concious (bawah alam sadar) dalam diri anak untuk membentuk pribadinya.

Bila ada kasus kenakalan anak didik atau kekerasan oleh siswa, karakter dan kepribadian mereka itu pasti telah dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang buruk, lingkungan yang tidak sehat, orangtua yang abai akan tanggung jawab, media sosial yang kapitalis dan perubahan paradigma pendidikan yang jauh dari sisi humanis.

Nah, dari kedua teori tersebut di atas, semua stakeholders pendidikan seperti guru, orang tua murid, dan masyarakat adalah pilar utama dalam mencegah faktor-faktor yang diduga bisa memicu kenakalan murid

Banyak anak didik yang masih berjiwa labil dan belum berkembang logikanya dalam proses pembentukan karakter dalam dirinya. Mereka harus melalui proses trial and error setiap harinya. 

Bila ada perilaku salah, orangtua anak sebaiknya untuk TIDAK sekali-kali membelanya agar anak tahu mana perilaku salah dan mana perilaku yang benar atas perbuatannya.

Hal itu karena dalam proses pertumbuhan jiwa anak kecil sampai menjadi dewasa, faktor tertinggi mereka adalah meniru (imitate) dari guru, orangtua dan masyarakat.

Saat ada orangtua yang sering mengumpat tanpa sebab dalam berbicara, selalu marah dan berkelahi dalam menyelesaikan setiap masalah, melanggar peraturan berlalu-lintas sesukanya, mengedepankan penyelesaian semua persoalan dengan uang dan lainnya, itu semua akan tertanam dalam diri anak dan akan ditiru oleh mereka sepanjang hayatnya.

Baca Juga : Seijin no Hi, Too Much Love will Kill You

Jujur, untuk menakar tingkat kenakalan dan tolok ukur yang digunakan, sebenarnya tidaklah ada karena alat apapun, tidak akan bisa dipercaya (reliable) tingkat ke-valid-annya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun