Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bentuk Soal Pilihan Ganda, Refleksi Permasalahan Kehidupan Kita yang Kompleks

30 September 2023   13:35 Diperbarui: 3 Desember 2023   20:32 2794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjawab soal pilihan ganda. (Dok Shutterstock via Kompas.com)

Semua guru sebagai pembuat soal pasti sudah memahami benar substansi dari proses pembuatan soal pilihan ganda. Ada beberapa klausa yang patut digarisbawahi yang salah satunya adalah metode 1 : 2 : 1 dalam membuat prosentase tingkat kesulitan soal.

Bila ada 10 soal pilihan ganda yang dibuat, harus dibuatkan 2 soal tingkat rendah, 6 soal sedang dan 2 soal untuk tingkat kesukaran yang tinggi. 

Apalagi, bila soal yang dibuat harus mengacu pada HOTS (Higher Order Thinking Skills) yang didengungkan oleh Kurikulum 13, haruslah dipatuhi ketat aturan penulisan soalnya.

Ingat, soal pilihan ganda itu bukan sekadar memilih satu jawaban yang benar, tapi banyak bentuk lainnya seperti soal pilihan Benar-Salah atau soal Pilihan Ganda Kompleks yang jawaban benarnya bisa lebih dari satu pilihan dari opsi yang disediakan.

Maudy Ayunda, secara implisit tetap setuju dengan jenis soal pilihan ganda, namun yang harus diubah dan diperhatikan adalah pembobotan setiap soal PG haruslah berbeda tergantung dari tingkat kesulitan soalnya. 

Jadi bukan semata bila menjawab benar satu soal, maka skor yang diperoleh juga 1 (satu) poin, dan 0 (nol), jika menjawab salah.

Bentuk soal pilihan ganda tetap dipercaya menumbuhkan Critical Thinking dan Computational thinking pada kemampuan kognitif anak didik agar mampu memahami permasalahan krisis kehidupan yang multidimensi saat ini akibat pengaruh globalisasi.

Negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Australia, Amerika Serikat, Eropa dan beberapa negara lainnya di kawasan ASEAN, masih dan tetap menggunakan bentuk soal pilihan ganda dalam ujian untuk anak didiknya sampai sekarang dengan memadukan sedikit soal esei untuk mengetahui kemampuan nalar di tingkat analisis dan evaluasi dari Taksonomi Bloom.

Terakhir, kebijakan dari program nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang saat ini sedang dilaksanakan, tergantung juga dari para pakar pendidikan itu sendiri. 

Mereka alumni dari belahan negara barat yang mengutamakan result (hasil), ataukah lulusan universitas belahan negara timur seperti Jepang dan lainnya yang mengutamakan proses. 

Produk dari kebijakan pendidikan negeri ini merupakan dominasi dari dua hal di atas tanpa mengabaikan akar pendidikan dalam kepribadian dan karakter bangsa yang berbudi luhur bangsa kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun