Dengan mata sedikit nanar, sekali lagi saya periksa dokumen undangan murid kelas XI atas nama Kamilia Subekti yang akan menghadiri agenda International Peace Forum for Junior High School Students di Hiroshima, Jepang pada tanggal 13 - 19 Agustus 2023.
Pertemuan yang akan dihadiri oleh siswa-siswi Internasional dari 20 negara di dunia itu akan membahas tentang perdamaian dunia dan beberapa kegiatan lainnya yang sudah diagendakan berkat pembiayaan yang ditanggung sponsor penuh oleh Pemerintah Hiroshima, Jepang.
Baca Juga: Niko Niko Shimasu
Mau tidak mau, pada tanggal 9 Agustus 2023 ini, pikiran saya kembali teringat pada beberapa tahun lalu saat masih menempuh kuliah di Jepang.
Tanggal itu adalah peristiwa yang mengerikan karena dijatuhkannya Bom Atom ke Kota Nagasaki, Jepang oleh pihak Amerika Serikat.
Saya juga pernah menyempatkan untuk berkunjung ke kota Hiroshima hanya untuk mengunjungi museum bom atom yang ada di Taman Perdamaian (Heiwa Koen) di sana.
Ada beberapa memori yang tidak akan pernah bisa dilepaskan dari dalam pikiran sampai saat ini karena melihat dan mengetahui akan dampak yang mengerikan dari dijatuhkannya bom atom di Kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 sewaktu berada di dalam gedung museum bom atom.
Baca Juga: Sadako, Bom Atom dan Origami Burung Bangau
Dari buku panduan Records of The Nagasaki Atomic Bombing, yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Nagasaki tahun 1999, dijelaskan bahwa bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat untuk menghentikan perang dunia kedua, sebenarnya Kota Nagasaki adalah alternatif sebagai kota terakhir bila 3 (Tiga) kota lainnya tertutup awan.
Namun, sejarah telah menorehkan catatan lain. Ternyata, justru Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945 adalah kota kedua setelah kota Hiroshima.
Kota besar yang menjadi target utama berhasil diluluhlantakan oleh bom atom jenis Uranium (Little boy) yang untuk pertama kalinya pernah dijatuhkan di muka bumi pada tanggak 6 Agustus 1945, pukul 08.15 pagi waktu Jepang.
Puluhan ribu masyarakat Hiroshima menjadi korban secara mendadak dalam hitungan detik dan bahkan mencapai ratusan ribu dalam satu bulan pertama setelah ledakan bom atom karena dampak radiasi, luka bakar dan kelaparan di mana-mana.