Kesimpulannya, setiap orang khususnya anak dan murid, semua pasti pernah mengalami lepas kendali akan kontrol emosi, sehingga mengartikulasikan letupan emosi itu melalui bentuk verbal (ucapan) seperti berteriak atau menangis keras.
Sedangkan yang lainnya bisa dalam bentuk Non Verbal (perilaku / tindakan) seperti berkelahi, memukul atau seperti kasus pembakaran gedung sekolah di Temanggung di awal artikel ini.
Bagaimana dengan anak kecil?
Mereka juga mempunyai emosi yang kadang diekspresikan dengan Tantrum, yaitu ekspresi marah dengan menangis meraung, tidur-tiduran di lantai, bergulung-gulung di tanah, meronta-ronta serta menahan nafasnya sendiri sampai wajahnya memucat dan berkeringat.
Itu semua karena mereka belum mampu mengekspresikan bentuk kemarahannya secara logis yang tidak tahu akan dampak baik buruknya akibat dari rasa marahnya yang lepas kendali itu karena tingkat kecerdasannya yang masih rendah.
Guru, orangtua dan masyarakat juga harus memahami bahwa mengenali semua pemicu bentuk kemarahan dan sering disebut sebagai 'provokasi' seperti kasus bullying atau perundungan sebagai prima causa haruslah bisa dicegah dengan banyak pendekatan, baik agama, pendidikan, olahraga atau bentuk positif lainnya.
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI