Menolak lupa bahwa pada hari ini, tanggal 12 Mei 1998 adalah tepat terjadinya peristiwa gerakan Reformasi Indonesia. Peristiwa kelam yang telah terjadi 25 tahun yang lalu dari bangsa Indonesia masih melekat kuat diingatan ini.
Proses transformasi menuju perubahan mendasar untuk menjaga marwah menjadi negara demokrasi yang diawali dengan kekisruhan politik, ekonomi, sosial, dan keamanan yang masih menimbulkan perasaan trauma bagi yang pernah mengalaminya secara langsung
Saya ingat betul peristiwa itu karena bulan Mei 1998, saya masih berada di Cakung, Jakarta dan harus mengurus dokumen paspor di Depdikbud (saat itu) dan student's visa di Kedutaan Besar Jepang untuk tugas belajar dengan beasiswa Monbusho.
Selama perjalanan dari Cakung, Jatinegara, dan beberapa tempat lainnya, banyak mall, supermarket, pasar, toko-toko, dan beberapa rumah yang masih mengepulkan asap dan sisanya tinggal arang hitam bekas ter(di)bakar.
Suasana sangatlah mencekam. Setiap orang yang berpapasan terasa saling mencurigai. Bahkan, di beberapa kampung dan jalan telah ditutup dengan bambu, gerobak atau kursi dan dijaga oleh warga.
Tempat penting seperti stasiun bus, kereta api, bandara dan instansi vital seperti PLN, PDAM dan Kantor Komunikasi dijaga ketat oleh banyak tentara dengan bersenjata lengkap.
Saya tidak bermaksud mengorek luka lama Bangsa Indonesia akan tragedi Mei 1998 itu tapi peristiwa ini perlu diketahui oleh generasi muda sekarang sebagai bagian dari sejarah kelam bangsa kita.Â
Saat itu, saya sendiri, di tengah kegelapan malam akhirnya juga tetap bisa ke bandara Cengkareng dan berangkat ke Jepang di tengah suasana hiruk pikuk kerusuhan di Ibukota, Jakarta.
Namun, saat melawat dalam rangka tugas di bidang kerjasama pendidikan di Provinsi Gwangju (Jeolla), Korea Selatan bulan April 2023, saya sempat dijadwalkan ke Chonnam National University (CNU). Di kampus tersebut, dijelaskan bahwa Reformasi Korea Selatan yang nyata dimulai pada bulan Mei 1980.
Itulah mengapa, pada bulan Mei 2023 ini, tragedi yang terjadi baik di Indonesia maupun di Korea Selatan ternyata menurut analisa saya, mempunyai pola dan urutan kejadian yang sama dan juga modus operendi-nya alam kasus per kasusnya akan gerakan reformasi.
Gerakan Reformasi Indonesia 1998.
Gerakan yang dimotori oleh para mahasiswa di Ibukota pada tanggal 12 Mei 1998 itu akibat krisis moneter di tahun 1997 dan berdampak menghantam kejatuhan banyak negara di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Akibatnya, pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto, Presiden Republik Indonesia menyerahkan jabatan kursi presidennya kepada B.J. Habibie yang saat itu masih menjadi wakil presiden.
Semua itu terpaksa terjadi karena banyaknya kasus kerusuhan, penjarahan, pembunuhan yang bahkan diduga juga ada kekerasan atau pelecehan seksual pada kaum minoritas di banyak kota. Sebut saja Tragedi Medan, Penjarahan di Solo, kasus Gejayan di Yogyakarta dan banyak lagi.
Juga dugaan adanya penculikan dan penyiksaan para mahasiswa yang dianggap sebagai provokator dalam gerakan reformasi 1998 menjadikan sejarah kelam bagi tegaknya demokrasi di Indonesia.Â
Sungguh pengorbanan yang sangat besar pada era Reformasi 1998 itu.Â
Tragedi Kampus Tri Sakti, Jakarta yang telah kehilangan 4 mahasiswanya karena tertembak dan menjadikan mereka sebagai martir reformasi. Hampir 15.000 mahasiswa dari berbagai kampus, khususnya di Ibukota tumpek bleg berdemo di gedung DPR.
Mereka semua hanya menuntut agar 1. harga-harga bahan pokok diturunkan segera, 2. meminta Soeharto turun dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia dan 3. reformasi kebijakan ekonomi tanpa monopoli.
B.J. Habibie pun sebagai presiden yang baru segera merespon dengan mengembalikan fungsi ABRI dari status Dwi Fungsinya ke barak kembali pada 1991-1992 dan mengurangi anggota DPR dari fraksi ABRI sebanyak 75 orang menjadi 38 orang. Juga, penegakan HAM (Hak Asasi Manusia) dalam bentuk perlindungan secara hukum.
Gerakan Reformasi Korea Selatan 1980.
Setelah Korea Selatan mendeklarasikan Kemerdekaanya dari penjajahan Jepang pada tanggal 15 Agustus 1945, sejak itu resmilah berdirinya negara Republik Korea Selatan. Otomatis, Orang dari kalangan sipil, Yun Posu mulai menjadi Presiden.
Tetapi, militer yang dipimpin oleh Park Chung Hee tidak puas dan melakukan kudeta. dan dimulailah junta militer memegang semua peranan penting di semua lembaga pemerintahan. Sekali lagi, pada tanggal 12 Desember 1979, Chun Doo Hwan yang juga sesama militer melakukan kudeta pada Park Chung Hee.
Hal ini memicu kegeraman dan kemarahan masyarakat Korea Selatan pada junta militer. Akibatnya menimbulkan gelombang protes dan demonstrasi pada tanggal 15 Mei 1980 di seluruh negeri.Â
Gerakan itu juga dimotori oleh ratusan ribu mahasiswa di Korea Selatan yang berkumpul  dan melakukan orasi serta long march di Stasiun Seoul, Korea Selatan.
Kota Gwangju, bagian dari Provinsi Jeolla, Korea Selatan, pada tanggal 19 - 20 Mei 1980 semakin membara saat banyak mahasiswa yang berasal dari Universitas Nasional Chonnam diketahui telah meninggal dan menjadi korban akibat kekejaman dari junta militer.
Kota Gwangju menjadi zona perang sipil melawan militer dan hal ini menarik perhatian dunia global. Perjuangan reformasi yang didukung oleh seluruh rakyat Korea Selatan.
Akhirnya memaksa Chun Doo Hwan turun dari kursi kepresidenan dan selang 7 tahun kemudian, dia harus menjadi pesakitan di pengadilan negara.
Saat itu diperkirakan ada lebih dari 200 masyarakat sipil bahkan diduga lebih dari ribuan, telah mati pada gerakan reformasi Mei 1980 di Korea Selatan.Â
Ada 240 orang dinyatakan hilang dan dipastikan telah diculik dan dibunuh. 17 wanita mengaku telah diperkosa dan dilecehkan secara seksual.
***
Sebagai bentuk perhormatan dan agar tidak dilupakan pengorbanan para mahasiswa, pemerintah Provinsi Gwangju membangun tugu peringatan, membuat museum untuk para generasi muda Korea Selatan agar selalu ingat akan tragedi Mei 1980 itu.
Alhamdulillah, saya juga berkesempatan untuk mengunjungi lokasi dan penjara saat dulu para mahasiswa Chonnam National University diculik. Tempat itu sekarang menjadi museum reformasi di Gwangju, Korea Selatan.
Saya juga bisa melihat bekas hotel yang diberondong dengan senapan mesin dari helikopter serta kampus Chonnam sebagai markas gerakan reformasi Korea Selatan 1980.
Ada satu hal yang menjadi catatan dan ini membedakan antara gerakan reformasi Indonesia 1998 dan Korea Selatan 1980 yang sama-sama terjadi di bulan Mei, yaitu :
"Selama masa kekacauan gerakan 1980 Â di Gwangju, sama sekali tidak ada satu pun toko yang menjadi sasaran penjarahan dari warga".
Salam
Catatan Perjalanan ke Gwangju, Korea Selatan 2023.
Referensi :
- Kompas.com
- The 18 May : Gwangju Domocratic Uprising's history book.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H