Mungkin Anda pernah juga melihat video atau foto yang menunjukkan banyaknya para pekerja di sana yang terkadang masih tertidur di kereta api atau bus bahkan di bangku stasiun saat berangkat atau pulang dari tempat kerja mereka.
Etos bekerja di kedua negara itu adalah satu kebanggaan dan harga diri tersendiri. Â Mereka lebih memilih mati atau bunuh diri bila tidak berguna atau kehilangan pekerjaan mereka sebagai mata pencarian hidup sehari-hari.
Apakah itu penyebab resesi sex?
Boleh dikatakan begitu, namun hanya sebagai salah satu dari banyak faktor penyebab lainnya mengapa jumlah penduduk Jepang atau Korea Selatan menurun drastis setiap tahunnya.
Sebagai gambaran yang ada di drama Korea atau Jepang, para workaholic ini cenderung kesulitan untuk membangun komunikasi yang bersifat romantis agar bisa mendapatkan pasangan atau pacar.Â
Umumnya, mereka lebih memilih kencan buta (Blind Date) yang diatur oleh keluarga, teman atau lembaga perjodohan seperti dalam drama yang berjudul Business Proposal.Â
Setelah itu mereka langsung menikah saja bila ada kecocokan bibit, bobot, dan bebet. Aneh kan!?
Itulah sebabnya, terkadang sehabis jam kerja kantor, banyak karyawan yang utamanya berada di dalam departemen yang sama, mengadakan makan malam dengan biaya patungan atau urunan untuk membangun komunikasi di antara mereka.Â
Soyu atau Sake, minuman fermentasi dari beras, akan membantu mereka agar mau berbicara jujur dan terbuka serta bisa membuang jarak antara senior junior.
Saya tidak berani memastikan bahwa angka perceraian atau perselingkuhan yang tinggi di sana itu apakah juga disebabkan oleh pasangan mereka yang gila kerja (workaholic). Saya hanya berani menduga-duga saja sih!