Saat teringat akan kuliner nusantara yang paling mengesankan sampai detik ini adalah makanan khas Sulawesi, yaitu Lalampa. Bagaimana tidak? Cita rasanya yang pedas dan nendang lidah kita saat dikunyah bisa memberikan inspirasi tersendiri.
Pengalaman pertama kali menikmati makanan Lalampa itu saya dapatkan saat perjalanan ke Sulawesi Tengah untuk liburan bersama keluarga di akhir tahun.
Rumah makan yang kami singgah selama perjalanan malam dengan kendaraan sewa dari Kota Palu menuju Kota Tolitoli berada di Desa Toboli, di Kecamatan Parigi dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Rest area di pinggir jalan utama menuju Kota Tolitoli itu dipenuhi dengan rumah makan tradisonal masyarakat setempat. Tak terhitung jumlah mobil yang parkir di situ. Rata-rata mereka adalah para wisatawan domestik dan manca negara, serta masyarakat, juga para pegawai negeri yang bertugas ke luar kota.
Lalampa itu apa sih?
Sebenarnya, jika Anda pernah makan lemper kue ketan yang berisikan abon daging sapi atau ayam, ya seperti itulah Lalampa. Hanya saja, isiannya yang berbeda. Lalampa juga memiliki aroma yang khas tersendiri saat dibakar di atas pemanggang atau api dari arang kayu.
Dari berbagai sumber yang dirangkum, sebenarnya tidak dijelaskan secara eksplisit dari daerah mana asal usul makanan Lalampa itu. Ada yang menyebutkan bahwa Lalampa berasal dari Menado, Sulawesi Utara. Sebagian menyebutnya dari kepulauan Maluku. Juga dari Sulawesi Tengah dan Selatan.
Mau tahu harganya? Super murah banget. Hanya Rp 1.500 sampai Rp.3.000 per bungkus tergantung ukuran besar kecilnya dan juga jenis yang ada di dalam gulungan daun pisang. Apalagi bila dipadukan dengan es degan segar atau secangkir kopi pahit untuk para bapaknya, akan dijamin deh nikmat dan kelezatannya.