Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Lalampa, Kuliner Khas dari Sulawesi Si Pencuri Hati

26 April 2023   10:03 Diperbarui: 26 April 2023   10:05 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makanan Lalampa. (Image dari Freepik.com)

Saat teringat akan kuliner nusantara yang paling mengesankan sampai detik ini adalah makanan khas Sulawesi, yaitu Lalampa. Bagaimana tidak? Cita rasanya yang pedas dan nendang lidah kita saat dikunyah bisa memberikan inspirasi tersendiri.

Pengalaman pertama kali menikmati makanan Lalampa itu saya dapatkan saat perjalanan ke Sulawesi Tengah untuk liburan bersama keluarga di akhir tahun.

Rumah makan yang kami singgah selama perjalanan malam dengan kendaraan sewa dari Kota Palu menuju Kota Tolitoli berada di Desa Toboli, di Kecamatan Parigi dan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Salah satu rumah makan yang menjual Lalampa. Foto Dokpri
Salah satu rumah makan yang menjual Lalampa. Foto Dokpri

Rest area di pinggir jalan utama menuju Kota Tolitoli itu dipenuhi dengan rumah makan tradisonal masyarakat setempat. Tak terhitung jumlah mobil yang parkir di situ. Rata-rata mereka adalah para wisatawan domestik dan manca negara, serta masyarakat, juga para pegawai negeri yang bertugas ke luar kota.

Lalampa itu apa sih?

Sebenarnya, jika Anda pernah makan lemper kue ketan yang berisikan abon daging sapi atau ayam, ya seperti itulah Lalampa. Hanya saja, isiannya yang berbeda. Lalampa juga memiliki aroma yang khas tersendiri saat dibakar di atas pemanggang atau api dari arang kayu.

Dari berbagai sumber yang dirangkum, sebenarnya tidak dijelaskan secara eksplisit dari daerah mana asal usul makanan Lalampa itu. Ada yang menyebutkan bahwa Lalampa berasal dari Menado, Sulawesi Utara. Sebagian menyebutnya dari kepulauan Maluku. Juga dari Sulawesi Tengah dan Selatan.

Tugu Cengkih di Bandara Tolitoli. Foto dokpri
Tugu Cengkih di Bandara Tolitoli. Foto dokpri

Mau tahu harganya? Super murah banget. Hanya Rp 1.500 sampai Rp.3.000 per bungkus tergantung ukuran besar kecilnya dan juga jenis yang ada di dalam gulungan daun pisang. Apalagi bila dipadukan dengan es degan segar atau secangkir kopi pahit untuk para bapaknya, akan dijamin deh nikmat dan kelezatannya.

Penjual yang ramah di salah satu rumah makan di Toboli " SALUAN", tanpa ragu-ragu membocorkan resep masakannya.

Resep Lalampa :
1 Kg beras ketan/punel/pulo
1/5 Kg beras biasa
2 Sachet santan kelapa tua
1 buku jahe yang sudah ditumbuk halus
4 Siung bawang putih
6 Siung bawang merah yang sudah ditumbuk halus
1 batang serei yang sudah pilah halus
1 gelas air perasaan daun pandan
1 jenis ikan untuk isian (tuna, tongkol, pindang dll)
1 lembar pelepah daun pisang
1,5 Kg cabai merah
1 sendok garam.

Lalampa terbungkus daun pisang setelah dipanggang. (Image dari Freepik.com)
Lalampa terbungkus daun pisang setelah dipanggang. (Image dari Freepik.com)

Selama berliburan di Kota Palu dan Tolitoli, Lalampa menjadi makanan pokok kami semua sekeluarga. Disamping rasanya yang lezat, harganya juga murah dan menyehatkan. Liburan pun jadi hemat serta menyenangkan.

Itulah kuliner favorit nusantara saat kami berada di Sulawesi Tengah. Jika Anda tidak percaya, silakan buktikan sendiri dengan mengeksplor pulau Sulawesi yang eksotik dengan menikmati kelezatan lalampanya.

Salam Kuliner Nusantara!

Samber thr
Samber 2023 hari 26

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun