Faktor Rendahnya Keterampilan Hidup (Life Skills).
Pada faktor di atas, dunia pendidikan telah dianggap gagal karena dipandang tidak mampu memberikan kecakapan atau keterampilan pada para lulusannya untuk bekal hidup mereka. Sumber daya manusia ( SDM) sebagai output-nya dianggap sangat rendah.
Berbagai jurusan di sekolah kejuruan seperti tata boga, tata busana, kewirausahaan, pertanian, otomotif dan lainnya dinilai tidak sungguh-sungguh dan ketat dalam menentukan kriteria kelulusannya pada saat dilakukan assesment terakhir sebagai satu syaratnya.
Faktor Lapangan Pekerjaan (External).
Pada faktor ini, kecakapan atau keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja (job seekers) dengan lapangan kerjanya (industries) tidak sesuai sama sekali bahkan jauh dari standar minimal ditentukan dalam link and match di dunia industri.
Bagaimana dengan job makers?Â
Hal itu juga tidak semudah seperti yang tertuang dalam teori yang dipelajari di bangku sekolah. Belum lagi dari sisi permodalan, prospek bisnis ke depannya. Semua pihak harus sungguh-sungguh mencari solusi yang solutif dalam mengatasi fenomena yang menyedihkan ini.
Di faktor life skills (soft and hard skill) ini juga mencakup banyak aspek seperti ledakan jumlah penduduk, krisis ekonomi global, otomasi pada pabrik, artificial intelligence, mass production dan masih banyak lainnya.
Terlepas dari penjelasan di atas, tidak heran fenomena akan banyaknya manusia silver, gelandangan, pengamen dan badut di jalan raya telah menjadi satu keprihatinan tersendiri bagi masyarakat di sekitarnya.
"Mereka berbuat seperti itu dengan berdalih atas nama satu bentuk ekspresi seni sebagai kebebasan individal yang universal tetaplah tidak sepenuhnya bisa diterima dan dianggap benar."
Akan tetapi mereka semua itu juga anak manusia yang berhak mendapatkan penghasilan demi keberlangsungan hidup sehari-hari.