Kenapa demikian?
Banyak faktor yang melatar belakanginya. Seorang salesman atau marketing suatu produk, harus sering pamer, karena, jika tidak, mereka tidak akan menjualkan dagangannya.
Artis, penyanyi, seniman, pemain sirkus, fashion show, olahragawan, juruk masak, pembalap dan banyak lainnya. Mereka merasa 'perlu' untuk pamer dan sah-sah saja di mata orang lain karena menyangkut keberlangsungan hidupnya.
Saya yakin, masing-masing dari kita, akan mampu menilai pada orang lain yang punya sifat dan sikap pamer. Tidak ada niat untuk mengedukasi, dan menginspirasi dari sifat pamernya. Bila adapun, sering disebut 'pamer' juga oleh orang lain.
Kita semua sulit memberikan penilaian adil pada diri kita sendiri. Biarlah orang lain yang menilainya. Hal yang selalu dijaga adalah niat baik dan tulus kita sendiri-sendiri. Seperti pepatah:
"Sungguh sulit bagi kita untuk membedakan penampilan orang dengan menyebutnya 'orang yang penuh rasa percaya diri' atau 'orang yang sombong' adalah dua hal yang sama tapi berbeda makna".
Salam
Gwangju, South Korea
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H