Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wakil Bupati Meletakkan Jabatan: Pemberani atau Pengecut?

23 Februari 2023   14:12 Diperbarui: 23 Februari 2023   22:17 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi jagad dunia maya dibuat terpana dan tidak habis pikir dengan keputusan yang diambil oleh Lucky Hakim yang mundur dari jabatannya sebagai Wakil Bupati Indramayu, Jawa Barat.

Beliau dengan tenang dan percaya diri telah menyatakan mundur atau resminya, meletakkan jabatannya sebagai WaBup Indramayu, dengan menyampaikan beberapa alasan yang normatif.

Namun, alasan 'sesungguhnya' yang tersembunyi, mengapa Lucky Hakim mundur dari jabatan wakil bupati, yang tahu pasti hanyalah beliau sendiri dan Allah SWT.

Mau tidak mau, masyarakat kita yang masih patternalistik dan menganggap jabatan Wakil Bupati adalah sesuatu yang 'Terhormat' dengan fasilitas serba mewah, bahkan lebih, telah berspekulasi liar alasan apa hingga membuat Lucky Hakim memilih mundur dari jabatannya.

Satu dari beberapa alasan dari dugaan yang paling mencuat adalah adanya ketidak hamonisan antara Bupati dan Wakil bupati dalam menjalankan Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) di instansi pemerintahan.

Perbedaan pandangan dalam menyusun anggaran belanja daerah dan juga pelaksanaan penggunaannya diduga sebagai pemicu ketidak harmonisan bupati dan wakilnya.

Sudah menjadi perhatian umum bahwa, Bupati dan Wakil bupati itu, ibarat pernikahan, bukan karena atas dasar cinta mengabdi, melainkan atas pernikahan paksa dari partai yang mengusungnya.

Masa-masa mesra dan bulan madu hanya terjadi pada masa kampanye dan tahun pertama menjabat. Setelah itu bagaimana?  Lha, tinggal maharnya 'nikah' dulu itu kontan apa terhutang? Partai yang sebagai "keluarga"nya, pernah dijanjikan apa juga?

Terlepas dari dugaan-dugaan atau analisa liar dibalik mundurnya Lucky Hakim sebagai Wakil bupati, sebagian masyarakat menganggap bahwa apa yang dilakukannya itu menunjukan bahwa jiwanya adalah seorang yang amanah, pemberani dan satria

Namun, bagi sebagian lainnya, justru berpikir lain. Lucky Hakim dianggap sebagai seorang pengecut yang lari dari tanggung jawabnya sebagai wakil bupati. Semua amanah dari orang yang telah memilihnya menjadi sia-sia. Pilbup dan Kampanye yang menelan anggaran negara tidak sedikit, telah terbuang percuma.

Bila berbeda pendapat dengan Bupati, mestinya diselesaikan secara elegan. Jangan membuat masyarakat sebagai anak-anaknya menjadi bak anak ayam yang kehilangan induknya. Bercuap-cuap ke sana-kemari tidak jelas.

Tupoksi Wakil bupati sudah jelas ada dalam perjanjian sebelum masa menjabat. Ibarat Wakil, itu kepanjangannya dalam Bahasa Jawa adalah 'aWak karo siKil'. Awak adalah Badan, sedangkan Sikil adalah Kaki.

Artinya, Bupati sebagai Kepala, harus selaras berjalan dengan Badan dan Kaki-nya.  Bila saling berbeda arah, di situlah kita menyebutnya sebagai  'terpeleset, jatuh atau tersungkur'.

Mari kita berprasangka baik pada Lucky Hakim bahwa beliau mundur karena tidak bisa amanah dalam menjalankan tugasnya sebagai Wakil bupati Indramayu. Kita harus pahami benar bahwa, saat ini, musuh terbesar diri beliau adalah 'hati nurani'nya sendiri.

Pembelajaran politik apa yang didapat dari kasus mundurnya Lucky Hakim itu?

Bila ini terjadi di negara Jepang atau Korea, serta di beberapa negara Eropa, mundur dari jabatan karena tidak bisa menjalankan amanah atas jabatan yang diemban itu adalah hal yang sangat dihormati.

Bahkan, sebagai bentuk tanggung jawab moral, pejabat yang meletakkan jabatan itu banyak yang melakukan harakiri atau bunuh diri.

Nah, bagaimana dengan di kita? Jangan dong! Langka lho!,  seorang pejabat mundur dari jabatannya, kecuali terpaksa karena ditangkap pihak berwajib atas dugaan tersangkut tindak pidana korupsi saja sih!

Itu pun, saat ditangkap dan dibawa pihak berwajib, masih sempat melambaikan tangan atau mengacungkan dua jari kepada media cetak ataupun elektronik yang meliput penangkapannya yang membentuk huruf "V". 

Itu terbaca Victory yang berarti kemenangan. Ah!, siapa juga yang menang dan siapa juga yang kalah?

Salam

ayjmb-xmuuer-amci lvyusv

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun