Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"Alip Ba Ta dan Dimas Senopati, Juga Termasuk Pengemis Online?"

18 Januari 2023   11:08 Diperbarui: 18 Januari 2023   11:14 4132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain gitar finger style. Dokumen pribadi

Saya sedikit terkejut saat menerima pertanyaan, namun seperti satu pernyataan di telinga saya.

Kalimat itu berasal dari salah satu murid saya yang sangat cerdas dalam berliterasi. Alip Ba Ta dan Dimas Senopati, juga termasuk bisa dianggap sebagai pengemis online?

Saya jadi ingat bahwa "Mengemis online", adalah topik yang sedang ramai dibicarakan para netizen dan diulas juga oleh para pemerhati Kompasiana akhir-akhir ini. Unik dan menarik juga artikelnya, karena diulas dari berbagai perspektif yang berbeda-beda.

Pembuatan berbagai jenis konten portal intenet demi meraup cuan bisa jadi dikategorikan sebagai para pengemis online bila semua itu di-gebyah uyah (samaratakan).

Saat kita mengirim link ke group media sosial dari kanal YouTube, Instagram, Twitter, atau Facebook dan meminta para netizen untuk me " Like"  dan men-"Subscribe"-nya, jangan-jangan juga bisa dimasukkan ke ranah 'pengemis online' tersebut.

Apakah seperti tersebut di atas definisinya dari pengemis online?

Semua tergantung dari tingkat kecerdasan masyarakat juga dalam berliterasi. Mereka pada umumnya berasal dari etnis, usia dan tingkat pendidikan yang beragam.

Jadi, tidak salah bila pemahaman mereka juga berbeda-beda pula.

Selama tidak terjadi gesekan sosial, semua pendapat yang berbeda itu dianggap sah-sah.

Banyak yang membuat konten di media sosial dengan berlindung sebagai "konten kreatif" demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah bila mampu mendapatkan banyak 'Like' dan 'Subscribe'.

Semua cara dihalalkan demi datangnya transfernya 'cuan'  berkat banyaknya keuntungan dari iklan bisnis yang singgah dari platform di kanal banyak media sosial seperti kanal YouTube sebagai satu contohnya.

Jika perlu, demi konten online-nya bisa mempeoleh banyak viewers, like, subscribe dan komentar, semua norma apapun akan ditabraknya. Bahkan, berita sensasi, fitnah, perselingkuhan dan sex bebas banyak mendominasi konten negatif di banyak portal internet.

Paling menyedihkan, bila ada konten yang berdalih sosial seperti pengumpulan dana untuk korban bencana, mengunggah foto orang yang sakit parah dan perlu biaya atau konten sejenis yang membuat iba para netizen, namun ujung-ujungnya, semua itu adalah konten penipuan, atau juga dana yang terkumpul, justru dipakai untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.

Bagaimana dengan konten Alip Ba Ta dan Dimas Senopati? Apakah bisa dikategorikan pengemis online? Sebentar? Anda kenal mereka berdua itu apa tidak?  

Sebut saja Alip Ba Ta, yang nama aslinya Alief Gustakhiyat. Orang Ponorogo yang hijrah ke Ibukota. Bekerja sebagai sopir Forklift, namun dari hobinya bermain gitar dan mengunggahnya di kanal YouTube, dia mampu meraup jutaan Rupiah setiap bulannya.

Selanjutnya Dimas Senopati. Cowok yang dianugerahi suara emas. Jika Anda dengarkan, suara Dimas seperti suara gabungan dari penyanyi dunia, Bon Jovi dan Steven Tyler dari Aerosmith.

Kedua orang tersebut sudah bukan lagi disebut Indonesian Artists, karena tingkat kepopuleran dan kemampuan mereka justru diakui dunia. Saya juga sedikit heran, kenapa orang kita justru sedikit yang mengenalnya. Aneh, kan?

Mau tahu duet mereka berdua yang menggemparkan para penggemar musik di Amerika dan Eropa? Simak di sini!


Tidak ada norma apapun yang dilanggar oleh Alip dan Dimas demi menarik para viewers untuk mendapat banyak Like dan Subscribe. Mereka berdua tetap berkarya di dunia musik dengan bakat mereka sendiri-sendiri.

Itu artinya, pertanyaan dari salah satu murid saya jadi terjawab bahwa selama konten itu membawa banyak kemanfaatan, memberikan ilmu pengetahuan dan inspirasi dan memberikan dakwah/tausiyah untuk pembentukan aklaq serta karakter yang baik, artinya BUKAN lah termasuk golongan para pengemis online yang bertujuan demi cuan semata.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun