Mohon tunggu...
Eko Adri Wahyudiono
Eko Adri Wahyudiono Mohon Tunggu... Guru - ASN Kemendikbud Ristek

Mengajar dan mendidik semua anak bangsa. Hobi : Traveling, tenis, renang, gitar, bersepeda, nonton film, baca semua genre buku, menulis artikel dan novel.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

10 Faktor Penyebab Hasil Ujian Rendah

21 Desember 2022   09:34 Diperbarui: 16 September 2023   21:14 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para anak didik yang telah berprestasi di tingkat Internasional Dokumen pribadi

Bisa jadi, suasana pasca pandemi Covid-19 juga menjadi faktor pemicu rendahnya motivasi belajar yang akibatnya, untuk beberapa waktu dan kurang lebih 2 tahun, ada loss education, yaitu kerugian pendidikan yang meliputi studying (belajar dengan guru) dan learning (belajar dengan teman atau mandiri) anak didik semua jenjang pendidikan di masyarakat kita. 

Hal itu bisa dimungkinkan menjadi salah satu penyebab adanya perubahan karakter murid dan guru yang semakin melemah dalam proses belajar mengajar. Faktor Keempat ini juga perlu diperhatikan.

Faktor kelima, saya mencoba untuk ber-muhasabbah diri. Jangan-jangan faktor guru sendiri juga menjadi salah satu penyebab turunnya nilai hasil belajar. 

Guru bukanlah manusia super tanpa cela. Apakah beban jam mengajar guru terlalu banyak, sehingga energi dan semangat untuk mengajar menjadi hilang. Bisa juga karena terlalu sedikit ( kurang dari 24 jam/minggu) dalam mengajar dan dampak beratnya, tidak menerima tunjangan sertifikasi guru. 

Kenaikkan pangkat yang terlambat dan karir yang tidak jelas juga berpengaruh pada gaya, metode dan cara dalam mengajarnya.

Keenamnya, Apakah input murid dari 50% jalur zonasi juga menentukan turunnya prestasi belajar? Ada beberapa guru dan pemerhati pendidikan yang berpendapat demikian dan saya adalah salah satu guru yang tidak sependapat. 

Sistem zonasi dianggap merusak kualitas pendidikan secara tidak langsung. Juga diperparah dengan kebijakan dihapusnya Ujian Nasional (UNAS) sebagai syarat kelulusan. 

Saat ini, semua menjadi "kemudahan" dalam dunia pendidikan.  Masuk Perguruan Tinggi juga demikian. Faktor ini, bisa saja juga dianggap sebagai prima causa (penyebab utama) kenapa hasil belajar rendah.

Lemahnya spirit of learning anak didik adalah faktor ketujuh. Motivasi internal dari anak untuk semangat belajar menjadi terkikis di era yang penuh kemudahan dalam dunia pendidikan ini. 

Bagaimana tidak, tantangan sudah tidak ada. Sistim zonasi, lulus tanpa harus melewati UNAS, masuk PTN (perguruan tinggi negeri) tanpa tes. Bila tidak lolos, tinggal ambil jalur mandiri dengan menyiapkan dana. Kenapa juga harus belajar mati-matian, toh ijazah juga tidak menjamin masa depan cerah. Hal itu semua ada namun tidak tertulis pada diri anak didik.

Kedelapan, banyak anak didik yang tidak mempunyai cita-cita. Bila ditanya seperti itu, jawabannya sungguh menjungkir balikan logika. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun