[caption id="attachment_333741" align="aligncenter" width="594" caption="Aktivis acara peluncuran kampanye lingkungan Earth Hour 2013 yang difasilitasi WWF berjalan kaki di Jalan MH Thamrin, Jakarta, membawa papan bertuliskan "][/caption]
Hari Selasa, 22 April 2014 kemarin, ranah Twitter sempat diramaikan oleh hashtag #Gara2EH dari orang-orang yang sudah beraksi maupun merasakan manfaat dari gaya hidup ramah lingkungan yang disuarakan oleh Earth Hour Indonesia.
Bersamaan dengan momen Hari Bumi, Earth Hour Indonesia juga tengah menyelenggarakan diskusi yang membahas tentang gerakan Earth Hour Indonesia di mata publik. Diskusi yang bertajuk #Gara2EH ini dihadiri oleh para penggiat media sosial, penggiat kampanye kreatif, juga pemerhati lingkungan, seperti Wahyu Aditya (HelloMotion, HelloFest, dan KDRI), Shafiq Pontoh (Indonesia Berkebun, Ayah ASI, dan Indonesia Berkibar), Dr. Efransjah (CEO WWF-Indonesia), Agus Sari (pemerhati advokasi lingkungan hidup), dan para Earth Hour Champions dari seluruh Jabodetabek.
Dalam diskusi, Wahyu Aditya mengungkapkan bahwa keadaan infrastruktur di Indonesia yang terbatas sebenarnya dapat menjadi pemicu bagi masyarakat, khususnya anak muda, untuk membuat hal-hal baru yang bersifat kreatif di Indonesia.
Tentunya, bentuk-bentuk kreativitas perlu disebarkan dan diketahui oleh orang lain. Salah satu cara yang paling mudah dan murah untuk “menularkan” virus kreativitas ini adalah dengan mengoptimalkan penggunaan media sosial.
Berdasarkan data yang dilansir dari Global Web Index (2013), Indonesia adalah negara dengan jumlah pengguna internet terbesar ketujuh di dunia (58 juta orang). Angka tersebut akan terus meningkat seiring dengan perkembangan internet di Indonesia yang mencapai 430%.
Shafiq mengungkapkan pentingnya aktivitas di dunia maya karena kita dapat “menemukan” orang-orang dengan minat yang sama dan membuat sebuah jaringan baru di dunia nyata. Hal bernada serupa dinyatakan oleh Agus Sari yang berpendapat bahwa media sosia dapat membuat ruang lingkup gerakan Earth Hour Indonesia semakin luas.
Sebagai komunitas dengan fokus pada isu lingkungan hidup terbesar di Indonesia, Earth Hour Indonesia akan terus berusaha menunjukkan bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk menjadikan kondisi planet bumi bisa lebih mendukung kenyamanan hidup manusia di dalamnya.
Dr. Efransjah menjelaskan bahwa manusia di kota-kota besar seperti Jakarta, belum bijak dalam menggunakan haknya sebagai konsumen yang bertanggung jawab. Kebanyakan penduduk di kota-kota besar dengan penghasilan yang tinggi, seringkali tidak memerhatikan gaya hidup mereka.
Contohnya, pelembab bibir yang sering digunakan untuk mempercantik riasan di wajah mengandung minyak kelapa sawit yang membutuhkan lahan luas untuk pembudidayaannya. Jika kita tidak bijak dalam menggunakan pelembab bibir tersebut, maka penebangan pohon-pohon di lahan-lahan luas tersebut akan sia-sia. Untuk itu, perlu dibangun kesadaran manusia terhadap lingkungannya, salah satu caranya melalui kampanye kreatif.
Dalam kesempatan lain, beberapa kota pendukung Earth Hour Indonesia juga mengadakan aksi-aksi terkait momen Hari Bumi. Di pulau Jawa, komunitas Earth Hour Sidoarjo membagikan bibit-bibit pohon kepada para masyarakat untuk ditanam. Di luar pulau Jawa, tepatnya di Denpasar, komunitas Earth Hour Denpasar mengadakan aksi #BirukanLaut dengan menanam koral di Pantai Pandawa, Desa Kutuh, Jimbaran, Bali.
[caption id="attachment_304935" align="aligncenter" width="300" caption="Aksi Earth Hour Indonesia di Hari Bumi l © WWF-Indonesia"]
Tidak ketinggalan, komunitas Earth Hour Aceh bersama para Sanggar Seni Rupa Banda Aceh membuat sebuah aksi teatrikal dengan mendorong replika globe berukuran raksasa sejauh 1 kilometer dan diiringi oleh para relawan yang memakai kostum hewan yang terbuat dari barang-barang bekas.
Gara-gara Earth Hour, banyak sekali orang yang mau ikut serta terlibat dalam setiap aksi kami. Mereka secara sukarela berusaha memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk sekadar mengingatkan orang lain bahwa menanamkan kesadaran untuk menjaga bumi adalah sebuah keharusan karena menyelamatkan bumi berarti menyelamatkan manusia. Apa #Gara2EH versi kamu?
Penulis: Davin Rusady
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H