Karya: Ester ayu o sinambela (200706026).
Etnik Batak Toba merupakan salah satu suku besar di Indonesia dan merupakan bagian dari enam sub suku yakni: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing.Â
Menurut salah satu literatur sejarah, Etnis Batak Toba berasal dari seorang raja yang disebut Raja Batak beserta rombongannya yang berasal dari Thailand yang melakukan perjalanan menyeberang ke Sumatera Utara melalui semenanjung Malaysia dan akhirnya sampai ke daerah Pusuk Buhit kemudian menetap disana.
Batak Toba termasuk etnis asli atau masyarakat pribumi yang mendiami wilayah yang cukup luas dan tersebar di daerah yang ada di Sumatera Utara. Wilayah-wilayah yang menjadi bagian dari etnis ini antara lain, Kabupaten Tapanuli Utara, sebahagian wilayah Kabupaten Simalungun (daerah sepanjang pantai Timur dan Utara Danau Toba), sebahagian wilayah Kabupaten AsahanÂ
(sekitar kaki Gunung Simanuk-manuk sebelah Barat hingga Selatan), sebahagian wilayah Kabupaten Tanah Karo (pantai Utara Danau Toba, daerah Tongging), dan sebahagian wilayah Kabupaten Pakpak-Dairi (pantai Timur, daerah asal budaya masyarakat Batak Toba dan khususnya daerah Silalahi).
Masyarakat Batak Toba adalah masyarakat adat yang secara berkelanjutan mengalami perubahan di berbagai aspek kehidupan. Perubahan sosial mendorong perubahan produk kebudayaannya yang tidak saja dalam lingkup konsep atau gagasan tetapi juga dalam bentuk-bentuk yang lebih konkrit dan visual. Dampak perubahan sosial ini mengakibatkan adanyaÂ
nilai-nilai tradisi yang terkikis bahkan terlupakan. Misalnya dalam adat pernikahan pada Etnis Batak Toba, banyak perubahan-perubahan yang telah terjadi yang tidak lagi dilaksanakan sebagaimana seharusnya pada masa lalu.Â
Salah satu contohnya adalah perubahan tradisi dalam pesta adat perkawinan.
Masyarakat Etnis Batak Toba sangat patuh terhadap adat istiadatnya. Sejak lahir hingga meninggal mereka tetap berpaut pada adat dalam kehidupannya baik itu adat kelahiran, adat perkawinan, bahkan sampai adat kematian dan adat-adat yang lainnya. Pada awalnya perubahan pada adat ini berhubungan dengan masuknya agama Kristen yang dibawa oleh MisionarisÂ
yang berasal dari Jerman pada tahun 1861. Dimana pada abad ke-20, agama Kristen menjadi identitas budaya Etnis Batak Toba. Masuknya peradaban Barat di tanah Batak inilah yang menyebabkan kegiatan adat mulai mengalami perubahan nilai.
Sebelum tahun 1970, adat perkawinan masyarakat Batak Toba masih menganjurkan kawin dengan pariban atau boruni tulang (anak perempuan tulang) yaitu antara anak lelaki dari seorang ibu dengan anak perempuan dari saudara kandung laki-laki ibu dikarenakan hal itu merupakan perkawinan yang ideal bagi adat masyarakat Batak Toba. Pada masa ini,Â