Mohon tunggu...
Ariel A. Kutajeng
Ariel A. Kutajeng Mohon Tunggu... -

Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Organisasi Mahasiswa, Nasibmu Kini

21 Februari 2018   00:15 Diperbarui: 21 Februari 2018   00:41 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Socrates dalam suatu masa pernah berkata bahwa satu-satunya yang tak mungkin berubah adalah perubahan itu sendiri. Hal itu benar adanya, jika kita lihat di sekitar kita; tak sedikitpun ada yang luput diubah oleh denting-denting waktu.

Lalu kemudian, orang-orang yang menginginkan sebuah keabadian-meski tidak hidupnya-mengabadikan setiap ide, pengalaman, dan kejadian melalui tulisan, gambar, atau video.

Sebagai pemuda, kita tahu betul melalui sejarah yang disampaikan oleh guru-guru di sekolah atau buku-buku pelajaran bahwa sedikit banyak kehidupan pemuda sudah berubah jauh dari masa ke masa.


Dalam risalah kenabian misalnya, kita diceritakan betapa rasulullah kala itu pada usia yang sangat muda sudah menjadi pedagang internasional. Afzalur Rahman bahkan dalam bukunya "Muhammad the Trader" mengungkapkan, dalam usia 17 tahun Rasulullah sudah memimpin ekspedisi dagang internasional. Sebuah perjalanan luar biasa mengarungi 17 negara.


Di indonesia sendiri, ada bung Karno muda yang sempat mendirikan Algeemene Studie Club (ASC) di usia 20an, sebuah organisasi yang menyebabkan ia harus mendekam di balik jeruji besi. Lalu kemudian, secara luar biasa melahirkan pledoi yang mengguncang Hindia Belanda kala itu "Indonesia Menggugat".


Lalu beberapa tahun setelah itu, kita tahu bagaimana peran pemuda menjadi salah satu potongan puzzle vital dalam berbagai gerakan yang terjadi di negeri ini.


Dari mulai prosesi kemerdekaan, lalu kemudian pada masa orde lama dan orde baru lahir begitu banyak organisasi pemuda yang alumninya sekarang menduduki banyak kursi-kursi penting di pemerintahan.
Hingga puncak gerakan pemuda adalah ketika runtuhnya kekuasaan presiden Soeharto setelah memimpin Indonesia dalam kurun waktu 32 tahun.


Namun apa yang terjadi setelah itu malah berbeda. Sebagaimana sesuatu yang memiliki puncak, tahun demi tahun gerakan pemuda mulai menuju menopause.


Banyak faktor yang melatar belakangi hal ini, diantaranya adalah romantisme masa lalu mengenai gerakan pemuda yang diceritakan dari satu orang ke orang lain. Gembira mendengar dongeng tersebut membuat mereka berpuas diri.


Kemudian, banyaknya senior-senior yang lahir dari organisasi pemuda yang kini duduk nyaman di kursi-kursi pemerintahan juga berpengaruh besar terhadap pergerakan organisasi pemuda.


Atas dasar etika pada pendahulu, mereka kemudian 'Melempam' terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh senior-seniornya. Bahkan ada yang sampai membela, meski sudah tahu salah.


Selain itu, gerakan pemuda hari ini juga terpecah belah. Contoh misalnya, di tingkat nasional ada KNPI yang hari ini memiliki dua matahari. Lalu pada mahasiswa , gerakan-gerakan itu terpecah dalam BEM-SI dan BEM-NAS misalnya. Kemudian di tingkat universitas, persaingan antar kelompok organisasi mahasiswa tak bisa terhindarkan. 

Baik saat pemilu raya, maupun saat awal masa orientasi mahasiswa baru. Tarik-tarikan suara atau calon anggota, tak jarang berakhir pada permusuhan antara organisasi maupun antar individu.

Yang jadi pertanyaan besar sebenarnya, apa tujuan organisasi mahasiswa hari ini?

Saat beberapa waktu lalu, ketua BEM UI melancarkan aksi kartu kuning jokowi. Kritik pedas terhadap pemerintah itu sebenarnya adalah sebuah angin segar bagi pergerakan mahasiswa.


Meski Jokowi sama sekali tak merasakan hal itu sebagai ancaman, kita tahu pengaruhnya cukup besar. Zaadit sebagai ketua BEM UI saat itu dipuja dan dihina.


Nah, ini yang ingin kami garis bawahi.


Adalah sesuatu yang wajar apabila banyak alumni UI yang bereaksi terhadap aksi tersebut, terutama mereka yang merasa 'Kursi'nya digoyang-goyang oleh Zaadit.


Namun yang aneh, ada beberapa mahasiswa organisasi baik dari UI sendiri maupun dari universitas lain yang menanggapi hal ini justru dengan sebelah mata.


Pernyataan-pernyataan seperti aksi ini sarat akan politik, Zaadit hanya mencari eksistensi, bahkan ada yang berpendapat bahwa aksi ini tak berpengaruh apapun dan akan hilang seiring berjalannya waktu. Seakan-akan ia diserang, justru oleh kaumnya sendiri.

Jika dilihat dari kacamata psikologis, hal ini terjadi kemungkinan besar akibat dari terpecah-belahnya gerakan mahasiswa tadi. Orang-orang yang merasa outgroup dari Zaadit menyerangnya habis-habisan.

Sederhananya, mereka yang tidak seorganisasi dengan Zaadit merasa ia adalah saingan. Maka apabila ia melakukan sesuatu yang baik, orang-orang yang menempatkan diri sebagai saingan tadi menjadi gerah.

Sebenarnya, jika orang yang kita anggap saingan itu melakukan sesuatu yang baik, tentu kita punya dua pilihan; Menjadi lebih baik darinya, atau merendahkan mereka.

Sayangnya, banyak pemuda yang sumbuhnya ternyata terlalu pendek. Sehingga lebih suka berpikir sederhana, sesederhana menghina orang yang tanpa mereka sadari sebenarnya sejalan dengan mereka.

Terpecah belahnya gerakan mahasiswa dan pemuda ini sebenarnya sebuah hal yang lucu, mengingat Belanda mampu melanggengkan kekuasaannya di Hindia Belanda dengan sebuah teknik bernama Devided et Impera; Pecah belah lalu adu domba

Hari ini organisasi-organisasi mahasiswa entah secara sadar atau tidak, sudah terpecah belah dan juga sudah saling mengadu domba.
Adakah dalang yang mengkoreografikan semua ini?
Kami tak ingin berasumsi lebih jauh. Karena koreografer tersebut pastinya adalah orang yang diuntungkan dengan kondisi tersebut.
Kita semua tahu siapa, tapi tak sanggup menyebutnya.
Biarlah itu menjadi ijtihad masing-masing pembaca.

Ariel Amanda Kutajeng

Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Psikologi UIN Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun