Dari berbagai keterangan, diperoleh alasan bahwa tujuan opsus Ali ini untuk memberangus suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang kala itu mengancam eksistensi Golkar.
Isu makar itu berhasil dan perolehan suara PPP pun jeblok. "Gerakan Komando Jihad ini rekayasa intel agar suara partai Islam anjlok," kata Busyro (Rahasia-rahasia Ali Moertopo, terbitan Tempo 2014).
Ali, lewat Operasi Khusus, memanfaatkan jaringan Danu dan Hispran. Keduanya dikompori bahwa perlu ada gerakan jihad, mengingat komunis akan bangkit kembali.
Kepada Busyro, Kepala Badan Komando Intelijen Sutopo Juwono menyatakan bahwa dia pernah menasehati Ali agar tidak bermain-main dengan Komando Jihad, karena resiko sosial politiknya besar. Penegasan Sutopo itu belakangan terbukti. Islam saat itu kemudian terpecah dan timbul saling curiga antar kelompok.
Pada penghujung karirnya, Ali tersingkir dari lingkar kekuasaan Orde Baru, ketika dia mulai berani mengkritik kegiatan bisnis anak-anak Soeharto. Pada awal 1983 namanya sempat disebut-sebut akan mendapampingi Soeharto sebagai Wakil Presiden.
Alih-alih mengangkat Ali menjadi wakilnya, pada akhirnya Soeharto menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung, lembaga yang disebut-sebut sebagai tempat penampungan bagi mereka yang tersisih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H