Dalam dunia intelijen, Ali Moertopo bisa dibilang adalah pendekar pilih tanding karena mampu menyerap ilmu kesaktian dari dedengkot-dedengkot intelijen Indonesia. Dia mampu menyerap ilmu intelijen Zulkifli Lubis, Omar Qatab dan Yoga Soegomo sekaligus. Berbekal itulah dirinya disebut-sebut sebagai salah satu arsitek Orde Baru yang merancang kekuasaan Soeharto.
Dari Bapak Intelijen Indonesia, Kolonel Zulkifli Lubis, Ali belajar dan menerapkan jurus-jurus intelijen tempur, atau intelijen militer. Kemudian dia juga bisa mengadopsi ilmu Kombes (Pol) M Omar Qatab, ayah komedian Indro Warkop yang dikenal sebagai pendiri intelijen Polri.Â
Dari Omar Qatab, Ali belajar "intelijen masyarakat", yakni kegiatan yang memonitor potensi bahaya dalam masyarakat. Sementara Kepala Bakin Yoga Soegomo, juga banyak berjasa membentuk Ali sebagai intel yang andal.
Ali Moertopo, mampu menggabungkan jurus dari tiga mahaguru intelijen Indonesia sekaligus, yakni Zulkifli Lubis, Omar Qatab, dan Yoga Soegomo. Kemudian kemampuannya itu diterapkan untuk mengawal kekuasaan daripada Soeharto.
Ali Moertopo adalah salah satu jenderal kepercayaan Soeharto yang merancang strategi kekuasaan pemimpin Orde baru meski akhirnya dia juga disingkirkan oleh Soeharto. Ali menggelar berbagai operasi khusus demi menguatkan Soeharto.
Dia berperan besar menciptakan Golkar sebagai raksasa politik yang tak tergoyahkan. Salah satu cara Ali menguatkan Golkar adalah melakukan rekayasa terhadap kelompok yang dikategorikan Islam garis keras, dengan tujuan akhir untuk melemahkan dan menjelekkan citra politik Islam.
Ali Moertopo bersama Opsus, lembaga intelijen yang dia pimpin melakukan penggalangan pada sebagian kelompok Islam garis keras, umumnya dari sempalan gerakan DI/TII. Tujuan akhirnya adalah untuk melemahkan PPP, satu-satunya partai islam yang saat itu dianggap pesaing Golkar yang paling potensial. Sementara PDI dianggap relatif lebih mudah untuk dikendalikan.
Rahman Tolleng, mantan Wapimred Suara Karya, dalam buku Rahasia-rahasia Ali Moertopo, terbitan Tempo tahun 2014, mengatakan Ali ahli dalam masalah penggalangan. Salah satu kerhjanya, penggalangan kelompok Islam DI/TII.
Jenderal Soemitro, mantan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) mengakui bahwa Ali Moertopo adalah Tokoh yang berperan amat penting dalam kemenangan Golkar pada Pemilu 1971.
Menurut Soemitro, pemanfaatan bekas anggota DI/TII ini dianggap Ali menguntungkan, mereka direkrut dengan pola pancing dan jaring. Rival abadi Ali itu menyebut bahwa kelompok ini dikumpulkan, dibina, lalu dikorbankan dan kemudian dilumpuhkan.
Melalui rekayasa, kemudian diciptakanlah kerusuhan politik sehingga mengesankan bahwa umat Islam selalu berhadapan dengan tentara, selalu memberontak, supaya timbul rasa alergi terhadap Islam.