Melalui pendekatan hermeneutika, kita dapat memahami bagaimana kekerasan, ketidakadilan, dan penindasan yang dialami perempuan dalam novel ini dapat direfleksikan dalam pengalaman manusia secara lebih umum. Selain itu, novel ini juga menggambarkan bagaimana kutukan kecantikan dapat diinterpretasikan sebagai representasi beban sosial dan budaya yang ditimpakan pada perempuan dalam masyarakat patriarki. Penderitaan yang timbul akibat kekerasan, penindasan, dan konflik politik juga menjadi tema yang diungkapkan dalam novel ini, menggambarkan realitas sosial dan budaya di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan interpretasi hermeneutis, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang tema-tema tersebut dalam novel "Cantik Itu Luka".Â
Artikel ini ditulis untuk memperdalam pemahaman tentang tema-tema yang ada dalam novel "Cantik Itu Luka", disarankan untuk membaca novel secara langsung, bahwa membaca novel secara langsung, kita dapat lebih merasakan dan memahami pengalaman tokoh-tokoh dalam cerita. Selain itu, dapat juga melakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan novel ini dengan karya-karya sastra lain yang memiliki tema serupa. Hal ini dapat membantu dalam menggali pemahaman yang lebih luas tentang representasi kecantikan, kutukan, dan penderitaan dalam sastra. Anda juga dapat mendiskusikan novel ini dengan teman atau kelompok baca untuk mendapatkan perspektif dan pemahaman yang beragam. Melalui diskusi, kita dapat saling bertukar pikiran dan memperkaya pemahaman kita tentang novel ini maupun karya sastra lainnya. Terakhir, jangan ragu untuk berbagi pendapat dan pemahaman tentang novel ini dengan orang lain melalui media sosial atau platform diskusi online, karena dengan berbagi kita dapat menginspirasi dan mempengaruhi orang lain untuk membaca dan memahami karya sastra yang bernilai seperti "Cantik Itu Luka".
Daftar Rujukan
Talib, A.A. (2018). Filsafat Hermeneutika dan Semiotika. Palu: LPP-Mitra Edukasi
Hamidi, J. (2011). Hermeneutika Hukum. Malang: UB Press
Kurniawan, E. (2002). Cantik Itu Luka. Yogyakarta: Penerbit Jendela dan Akademi Kebudayaan Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H