Dengan cara yang sama, pengambilan data di Internet dipahami sebagai kombinasi keterampilan prosedural (bekerja dengan mesin pencari) dan keterampilan kognitif (mengevaluasi data, memilah data yang salah dan bias, dan membedakan antara data yang relevan dan tidak relevan). Komunikasi yang efektif di ruang obrolan dipahami sebagai membutuhkan pemanfaatan keterampilan sosial dan emosional tertentu. Dengan meningkatnya paparan lingkungan kerja dan pembelajaran digital.
Uraian di atas adalah ringkasan dari berbagai pendekatan saat ini terhadap konsep literasi digital. Seperti semboyan populer lainnya, penggunaan istilah baru-baru ini sangat bervariasi, mulai dari ranah teknis atau prosedural murni, hingga kognitif, sebagai serta makna psikologis dan. Hal ini menciptakan ambiguitas dan menyebabkan kesalahpahaman, kesalahpahaman, dan miskomunikasi di antara mereka yang merancang dan memproduksi lingkungan digital (Norton & Wilburg, 1998).
Untuk meningkatkan pemahaman tentang "literasi digital" dan memberikan para profesional, perancang lingkungan digital, dan pendidik yang bekerja dengan TIK dengan pedoman yang lebih baik untuk desain dan pendidikan, ada kebutuhan untuk kerangka kerja yang disempurnakan untuk konsep yang lengkap, koheren , dan secermat mungkin.
Lankshear dan Knobel dan lainnya mendefinisikan gabungan kata literasi digital  tidak hanya membuka pemikiran kita pada konsep literasi yang diperluas, tetapi juga berisiko menghilangkan perbedaan, baik teknis maupun budaya, di antara berbagai komunitas yang terlibat dalam membangun praktik komunikasi tertentu sebagai literasi dalam konteks pendidikan tertentu. Definisi Martin dan Grudziecki tentang literasi digital sebagai 'kesadaran, sikap dan kemampuan individu' untuk menggunakan alat digital untuk komunikasi, ekspresi dan tindakan sosial dalam situasi kehidupan tertentu. (Martin dan Grudziecki, 2007)
Retorika Digital dalam Menumbuhkan Minat Baca
Proses kegiatan belajar mengajar dapat ditunjang dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Melalui penggunaan internet dalam media pembelajaran dapat dijadikan salah satu solusi dalam meningkatkan rendahnya kemampuan literasi siswa. Mengingat bahwa saat ini sebagian dari sumber informasi konvensional belum mampu memenuhi serta memberikan kepuasan pada siswa untuk mendapatkan sumber pengetahuan dan informasi sebagai referensi pembelajaran siswa. Jumlah buku-buku dalam bentuk konvensional belum tersedia dalam jumlah yang memadai bagi siswa bahkan juga terkadang berkesan membosankan. (Nurchaili, 2016).
Melalui fasilitas yang memadai, kegiatan literasi sebaiknya ditanamkan sejak usia dini atau ketika anak sedang dalam menempuh pendidikan. Diharapkan kebiasan-kebiasan tersebut kedepannya dapat menjadikan mereka gemar membaca yang sehingga berdampak pada peningkatkan kualitas sumber daya manusia bangsa. Berkaitan dengan mewujudkan pemanfaatan layanan literasi digital dalam mendapatkan bahan bacaan untuk proses pembelajaran diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi siswa. Melalui literasi digital ini dapat mempermudah siswa dalam memperoleh berbagai sumber kajian belajar siswa seperti dalam hal mengakses buku digital, website, e--journal, digital library dan lain-lainnya. (Musfiqon & Arifin, 2016).
Contoh konkret kemudahan belajar dengan adanya teknologi digital adalah buku digital yang memiliki berbagai fungsi, antara lain: (a) sebagai alternatif dalam media belajar; (b) buku digital berbeda dengan buku cetak yang mana dapat memuat berbagai konten multimedia di dalamnya sehingga bahan ajar yang lebih menarik dapat tersajikan. Selain itu, buku digital juga membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan; (c) sebagai media untuk berbagi informasi; (d) jika dibandingkan dengan buku konvensional, buku digital dapat dengan mudah disebarluaskan, baik melalui penggunaan media seperti website, email, maupun media digital lainnya; dan (e) seseorang bisa dengan mudah dalam menjadi pengarang serta penerbit dari buku yang dibuatnya sendiri.
Pengembangan buku digital memiliki beberapa tujuan, diantaranya: Â (a) bagi pembuat konten diberikan kesempatan untuk lebih mudah dalam berbagi informasi melalui cara yang lebih menarik serta interaktif.Â
Dengan membuat buku berbentuk digital, pengarang cukup dengan berkunjung ke salah satu laman toko buku online dan mendistribusikannya secara mandiri tanpa perlu mendatangi penerbit untuk menerbitkan bukunya; (b) untuk melindungi informasi yang disampaikan; (c) berbeda dengan buku cetak yang bisa hilang, rusak, ataupun basah, buku digital yang dalam bentuk data di komputer dapat terlindungi dari masalah-masalah tersebut.Â
Andaikan data tersebut hilang, pengguna bisa dengan mudah mencarinya kembali baik melalui internet maupun meminta kembali kepada penerbit buku. Berikutnya (d) buku digital dapat mempermudah proses memahami materi pelajaran; (e) dalam bentuk buku digital, guru dapat mencari kata atau kalimat tertentu dalam sebuah materi, memberikan catatan tertentu dalam materi, serta menampilkan file multimedia (audio dan video) yang bisa diputar sehingga memperkaya konten buku. Hal tersebut dapat membantu siswa dalam memahami materi dengan lebih baik, menarik dan lebih cepat.