Mohon tunggu...
Dzulfian Syafrian
Dzulfian Syafrian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Researcher at INDEF | Teaching Assistant at FEUI | IE FEUI 2008 | HMI Activist.

Selanjutnya

Tutup

Money

Model Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar dan Solow Sebuah Perbandingan dan Studi Empiris

4 Juni 2011   05:09 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 48353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kondisi ini disebut steady state level of capital, dimana persediaan modal ‘k’ dan output ‘f(k)’ berada dalam kondisi mapan sepanjang waktu (tidak akan bertumbuh ataupun menyusut). Kita juga dapat mengetahui berapa tingkat modal per pekerja pada kondisi steady state dengan menggunakan persamaan di atas. Kondisi steady state ini, dengan kata lain, menunjukkan ekuilibrium perekonomian di jangka panjang.

Pengaruh Tabungan Terhadap Pertumbuhan

Model Solow menunjukkan bahwa tingkat tabungan adalah determinan penting dari persediaan modal pada kondisi steady-state. Dengan kata lain, jika tingkat tabungan tinggi, maka perekonomian akan mempunyai persediaan modal yang besar dan tingkat ouput yang tinggi, serta sebaliknya. Dasar dari model Solow inilah yang kemudian banyak dikaitkan dengan kebijakan fiskal. Defisit anggaran yang terjadi terus-menerus dapat mengurangi tabungan nasional dan menyusutkan kemampuan berinvestasi. Konsekuensi dalam jangka panjang, yakni rendahnya persediaan modal dan pendapatan nasional.

Dalam kaitannya dengan tingkat pertumbuhan, menurut Solow, tingkat tabungan yang lebih tinggi hanya akan meningkatkan pertumbuhan untuk sementara sampai perekonomian mencapai kondisi steady-state baru yang lebih tinggi dari sebelumnya. Jika perekonomian mempertahankan tingkat tabungan yang tinggi, maka hal itu hanya akan mempertahankan persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi tanpa mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Tingkat Modal Golden-Rule

Ketika pembuat kebijakan menentukan kondisi steady-state yang ingin dicapai dalam perekonomian, maka hal itu haruslah ditujukan untuk memaksimalkan kesejahteraan individu yang membentuk masyarakat. Individu tidak akan mempermasalahkan jumlah modal dalam perekonomian atau jumlah output yang dihasilkan. Individu hanya akan peduli pada jumlah barang dan jasa yang dapat mereka konsumsi. Dengan kata lain, pembuat kebijakan harus memilih kondisi steady-state dengan tingkat konsumsi tertinggi. Nilai kondisi steady-state yang memaksimalkan tingkat konsumsi ini disebut tingkat modal kaidah emas atau golden rule level of capital dan dinyatakan dengan ‘k*emas’.

II.Pertumbuhan Populasi

Model solow menunjukkan bahwa akumulasi modal tidak bisa menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Tingkat tabungan yang tinggi menyebabkan pertumbuhan yang tinggi hanya secara temporer, tetapi pada akhirnya perekonomian akan mendekati kondisi steady-state dimana jumlah modal dan tingkat output konstan. Agar model Solow bisa menjelaskan bagaimana pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dapat terjadi, maka diperlukan perluasan asumsi – yakni adanya pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi.

Pertumbuhan Populasi dalam kondisi Steady-State


∆k = sf(k) – (δ + n) k

Pertumbuhan populasi, secara bersama-sama dengan investasi dan depresiasi, akan mempengaruhi akumulasi modal per pekerja. Pertumbuhan jumlah pekerja akan menyebabkan modal per pekerja turun. Karena jumlah pekerja terus bertambah sepanjang waktu maka :

∆k = i – (δ + n) k

Simbol (δ + n) k menunjukkan investasi impas atau break-even investment – jumlah investasi yang dibutuhkan untuk menjaga persediaan modal per pekerja tetap konstan.break-even investmentmencakup depresiasi modal (yakni δk) dan juga mencakup jumlah investasi yang dibutuhkan untuk menyediakan modal bagi para pekerja baru (nk). Dengan demikian, persamaan di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi mengurangi akumulasi modal per pekerja lebih banyak dari depresiasi.

Perekonomian akan berada dalam kondisi steady-state jika modal per pekerja (k) tidak berubah.Dalam kondisi steady-state, dampak positif investasi terhadap persediaan modal per pekerja akan menyeimbangkan dampak negatif depresiasi dan pertambahan populasi. Yaitu pada k* , ∆k =0 , dan i* = δk* + nk*. Begitu perekonomian berada dalam kondisi steady-state, maka investasi akan memiliki dua tujuan, yakni mengganti modal yang terdepresiasi (δk*) dan memberi modal bagi pekerja baru (nk*).

Dampak Pertumbuhan Populasi

Pertumbuhan populasi dalam menjelaskan model Solow dalam tiga cara. Pertama, pertumbuhan populasi membantu menjelaskan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Dalam kondisi steady-state dengan pertumbuhan populasi, modal per pekerja dan output per pekerja adalah konstan. Namun, karena jumlah pekerja bertambah pada tingkat ‘n’ , modal total dan output total harus bertambah pada tingkat ‘n’. Kedua, pertumbuhan populasi menjelaskan mengapa sebagian neagra kaya dan sebagian lainnya miskin. Kenaikan tingkat populasi akan mengurangi tingkat modal per pekerja pada kondisi steady-state (k* lebih rendah). Nilai k* yang lebih rendah menyebabkan y* (tingkat output) lebih rendah. Jadi, model Solow memprediksi bahwa negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang lebih tinggi akan memiliki GDP per kapita yang lebih rendah. Ketiga, pertumbuah populasi mempengaruhi kriteria kita untuk menentukan tingkat modal yang memenuhi Golden Rule (memaksimalkan konsumsi).

Yakni, model Solow di atas belum bisa menjelaskan pertumbuhan yang terus-menerus dalam hal standar kehidupan yang dialami oleh sebagian negara. Negara yang lebih banyak menabung dan menginvestasikan sebagian besar output lebih kaya daripada negara yang lebih sedikit menabung dan berinvestasi. Negara yang tingkat pertumbuhan populasinya yang lebih tinggi lebih miskin daripada negara yang tingkat pertumbuhan populasinya lebih rendah. Dengan model Solow yang kita miliki, ketika perekonomian berada dalam kondisi steady-state, output pekerja berhenti bertambah. Dengan demikian, untuk menjelaskan pertumbuhan tersebut kita perlu memasukkan kemajuan teknologi ke dalam model.

III.PerkembanganTeknologi

Efisiensi Tenaga Kerja

Untuk memasukkan kemajuan teknologi, kita harus kembali ke fungsi produksi yang mengaitkan modal total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun