Mohon tunggu...
Dzulfian Syafrian
Dzulfian Syafrian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Researcher at INDEF | Teaching Assistant at FEUI | IE FEUI 2008 | HMI Activist.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kemiskinan Struktural: Peran dan Kegagalan Negara

22 Desember 2009   06:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:49 2267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada beberapa tujuan penulisan makalah ini. Pertama, makalah ini mencoba untuk menganalisis permasalahan mendasar dalam perekonomian Indonesia khususnya dalam hal mengentaskan kemiskinan struktural. Kedua, mencoba untuk mengenal karakteristik kemiskinan di Indonesia. Ketiga, membandingkan kondisi kemiskinan di Indonesia dengan negara lain. Keempat, memberikan masukan terhadap pengentasan kemiskinan di Indonesia.

Metode

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan kali ini adalah dengan menggunakan data sekunder yang didapatkan dari berbagai sumber seperti website, buku, jurnal, dll.

Hasil dan pembahasan

Definisi Kemiskinan

World Bank mendefinisikan kemiskinan adalah kondisi terjadinya kekurangan pada taraf hidup manusia yang bisa berupa fisik dan sosial. Kekurangan fisik adalah ketidakcukupan kebutuhan dasar materi dan biologis (basic material and biological needs), termasuk kekurangan nutrisi, kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Di sisi lain, ketidakcukupan sosial adalah adanya resiko kehidupan, kondisi ketergantungan, ketidakberdayaan, dan kepercayaan diri yang kurang.[4]

Pendapat lain mengenai arti atau definisi kemiskinan datang dari salah satu peraih Nobel Ekonomi, Amartya Sen. Professor dari Harvard University itu mengatakan bahwa ada beberapa cara pendekatan untuk mengetahui apa itu kemiskinan. Sen menawarkan pendekatan melalui kelaparan atau akses seseorang terhadap pangan. Menurut Sen, Seseorang akan mendapatkan makanan jika dia dikenal secara sosial dan legal. Jadi, walaupun ketersediaan pangan melimpah, Sen berpendapat "Starvation is seen as the result of his inability to establish entitlement to enough food".[5]

Selain itu, dalam bukunya Development as Freedom, Sen juga mengatakan bahwa kemiskinan erat kaitannya dengan Capability Deprivation, yaitu kemampuan untuk mengakses hak-hak dasar seperti kesehatan, pendidikan, pangan, dan perumahan. Sen mengatakan bahwa penyebab utama dari kemiskinan adalah karena orang tersebut memiliki akses yang terbatas terhadap pemenuhan hak-hak dasar mereka. Oleh karena itu, Sen mengatakan bahwa untuk memberantas kemiskinan adalah dengan memberikan kesempatan/akses kepada orang miskin terhadap kebutuhan-kebutuhan dasar mereka.[6]

Standar Kemiskinan

Dalam Bukunya, The Economics of Poverty and Discrimination, - Bradley R. Schiller, menyebutkan beberapa hal penting untuk menghitung dan menentukan angka kemiskinan. Schiller menawarkan beberapa teori atau pendekatan yang dapat digunakan dalam menghitung angka kemiskinan.

Pertama, Konsep kebutuhan dasar (The Concept of Minimun Needs). Dalam menentukan kriteria orang miskin, kita harus mengetahui terlebih dahulu kebutuhan dasar apa saja yang harus dipenuhi oleh seseorang. Kriteria-kriteria ini sangat penting untuk dijadikan parameter. Ketika parameter-parameter ini tidak terpenuhi, maka orang tersebut baru dapat dikategorikan miskin.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun