Mohon tunggu...
dzulfaqordaffa
dzulfaqordaffa Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

HOB SYA MEMBACA DAN MEMANAH

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Prespektif Islam Terhadap Penggunaan Microchip AI Pada Manusia

24 Desember 2024   09:35 Diperbarui: 24 Desember 2024   09:33 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penanaman Microchip pada otak manusia

Salah satu isu besar yang muncul dalam penerapan teknologi AI pada manusia adalah pertanyaan mengenai identitas dan martabat manusia. Dalam Islam, manusia dihargai sebagai makhluk dengan martabat yang tinggi. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" (QS. At-Tin: 4).

Islam memandang tubuh dan pikiran manusia sebagai karunia dari Allah yang harus dijaga dan dipelihara. Oleh karena itu, setiap bentuk intervensi dalam struktur atau fungsi dasar manusia harus mempertimbangkan nilai-nilai etika dan moral yang ada dalam ajaran Islam.

Penggunaan teknologi seperti mikrochip yang dapat mengubah cara otak manusia berfungsi dan bahkan meningkatkan kapasitasnya untuk berinteraksi dengan dunia luar, dapat menimbulkan masalah. Salah satunya adalah apakah manusia yang telah dimodifikasi dengan cara tersebut masih dapat dianggap sebagai manusia dalam pengertian yang hakiki, ataukah ia menjadi sesuatu yang berbeda. Dalam pandangan Islam, perubahan yang ekstrem terhadap sifat dasar manusia, yang merusak keseimbangan jiwa, fisik, atau roh, bisa jadi dianggap sebagai bentuk pelanggaran terhadap martabat manusia itu sendiri.

Islam juga menekankan bahwa akal dan hati manusia adalah bagian integral dari keberadaannya sebagai makhluk yang mulia. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw bersabda:

.

"Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)" (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Akal yang sehat dan hati yang bersih adalah dua unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Jika teknologi mengubah atau bahkan menggantikan fungsi otak manusia, maka hal tersebut berpotensi merusak keseimbangan antara fisik, akal, dan hati yang telah ditetapkan oleh Allah.

Teknologi sebagai Alat, Bukan Tujuan

Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini diciptakan untuk tujuan yang lebih tinggi, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT dan memperbaiki kehidupan umat manusia. Teknologi, dalam hal ini AI, adalah alat yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut, asalkan tujuannya sesuai dengan nilai-nilai Islam. Teknologi seperti AI, ketika digunakan untuk kebaikan seperti meningkatkan kualitas pendidikan, menyembuhkan penyakit, atau membantu dalam penelitian ilmiah, tentu saja dapat memberikan manfaat besar bagi umat manusia.

Namun, Islam mengingatkan umatnya untuk tidak menjadikan teknologi sebagai tujuan utama dalam hidup, melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia. Sebagai contoh, penggunaan AI untuk tujuan kekuasaan, pengendalian massa, atau manipulasi pribadi tentu akan bertentangan dengan ajaran Islam. Islam menekankan prinsip al-'Adl (keadilan) dan al-Ihsan (kebaikan) dalam setiap tindakan. Oleh karena itu, teknologi seharusnya tidak digunakan untuk merusak tatanan sosial, mengeksploitasi individu, atau mengancam kebebasan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun