Mohon tunggu...
Muhammad DzikriKhofi
Muhammad DzikriKhofi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Be the one and only

Selanjutnya

Tutup

Money

BI Memotong Suku Bunga, Akankah Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi?

20 Juni 2020   17:44 Diperbarui: 20 Juni 2020   17:42 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, nilai tukar rupiah terus menguat sejak pertemuan kebijakan BI pada bulan Mei, naik lebih dari 5 persen selama sebulan terakhir, menurut bank sentral. Mata uang ini telah terdepresiasi 1,42 persen sejak awal tahun dan diperdagangkan pada Rp14.100 per dolar AS pada hari Kamis (18/6).

Perry mengatakan mata uang itu masih "undervalued" dan berharap akan naik lebih lanjut untuk mencerminkan fundamentalnya, mengutip defisit transaksi berjalan (CAD) yang lebih sempit dan inflasi yang rendah. Bank sentral memperkirakan CAD akan turun menjadi sekitar 1,5 persen dari PDB dan inflasi akan tetap dalam kisaran target 2 persen hingga 4 persen.

"Pemotongan suku bunga acuan adalah langkah yang sangat dibutuhkan, karena Indeks Harga Saham Gabungan Jakarta dan rally rupiah mulai kehilangan momentum," kata ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Anthony Kevin pada hari Kamis (18/6).

"Sangat mungkin bahwa investor sudah mulai mengumpulkan fakta bahwa mereka tidak didukung oleh sudut pandang fundamental yang kuat, yaitu pertumbuhan ekonomi," katanya.

"Pemangkasan suku bunga kebijakan sangat penting untuk menjaga stabilitas rupiah, karena ancaman jatuhnya pasar saham dan depresiasi mata uang, yang dapat memperlambat pemulihan ekonomi," tambahnya. Dia berpandangan bahwa bank sentral masih memiliki ruang untuk pemotongan 25 bps.

"Kami percaya memotong suku bunga adalah tepat, karena keputusan bank sentral akan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang," kata ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual.

"Sementara itu, otoritas fiskal harus lebih agresif dalam membelanjakan anggaran mereka untuk menopang perekonomian dalam waktu dekat," kata David, seraya menambahkan ia berharap belanja pemerintah akan tumbuh dua digit tahun ini untuk membantu mencegah penurunan ekonomi yang lebih parah.

 

Oleh: Muhammad Dzikri Khofi / Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun