Mohon tunggu...
Muhammad DzikriKhofi
Muhammad DzikriKhofi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Be the one and only

Selanjutnya

Tutup

Money

BI Memotong Suku Bunga, Akankah Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi?

20 Juni 2020   17:44 Diperbarui: 20 Juni 2020   17:42 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bank sentral memangkas suku bunga acuannya, suku bunga repo tujuh hari BI, sebesar 25 basis poin menjadi 4,25 persen pada Kamis (18/6). Langkah ini merupakan pemotongan ketiga tahun ini karena kemunduran signifikan dalam prospek ekonomi selama pandemi telah memaksa pembuat kebijakan untuk mengambil langkah-langkah tambahan untuk meningkatkan pertumbuhan.

"Keputusan ini konsisten dengan upaya untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan pemulihan ekonomi di tengah pandemi coronavirus," Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan dalam jumpa pers langsung.

"BI melihat ruang untuk pengurangan lebih lanjut sejalan dengan tekanan inflasi yang rendah, menjaga stabilitas eksternal dan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sikap kebijakan kami tetap akomodatif. "

Bank sentral juga menurunkan suku bunga deposito menjadi 3,5 persen dan suku bunga pinjaman menjadi 5 persen. Suku bunga acuan yang lebih rendah diharapkan untuk mentransmisikan ke suku bunga pinjaman bank yang lebih rendah yang akan mempengaruhi suku bunga untuk pinjaman konsumen, pinjaman perusahaan dan hipotek, serta hasil obligasi dan instrumen lainnya.

Ini direvisi turun pada hari Kamis proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi antara 0,9 persen dan 1,9 persen tahun ini dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,3 persen. Bank sentral mengharapkan ekonomi tumbuh antara 5 dan 6 persen tahun depan.

"Ekonomi berada pada titik terendah pada Mei, tetapi sudah mulai meningkat," kata Perry. "BI memperkirakan ekonomi akan pulih pada kuartal ketiga setelah pelonggaran pembatasan (mobilitas) dan terima kasih atas rangsangan dari pemerintah dan bank sentral."

Pemerintah juga telah memangkas proyeksi pertumbuhan untuk tahun ini menjadi antara 0 persen dan 1 persen, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pada hari Selasa, menambahkan bahwa ia memperkirakan ekonomi akan menyusut 3,1 persen tahun ke tahun di kuartal kedua.

Otoritas fiskal telah mengalokasikan dana Rp 695,2 triliun (US $ 49,63 miliar) untuk perawatan kesehatan dan belanja stimulus ekonomi untuk meredam dampak wabah tersebut. Ini adalah peningkatan terbaru dari anggaran sebelumnya sebesar Rp667,2 triliun, karena pemerintah berupaya meningkatkan stimulusnya untuk industri padat karya dan pemerintah daerah.

Gubernur bank sentral juga berjanji Kamis untuk melanjutkan pembelian obligasi pemerintah langsung di pasar primer atau melalui lelang dan dengan langkah-langkah pelonggaran kuantitatif.

"Kami juga akan menyediakan dana likuiditas bagi bank untuk memastikan kelancaran restrukturisasi hutang dan pembiayaan untuk mendukung pemulihan," kata Perry.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa industri perbankan merestrukturisasi pinjaman sebesar Rp 517,2 triliun dari 5,33 juta debitur pada 26 Mei, mengikuti peraturan yang memungkinkan bisnis yang terkena pandemi mengajukan permohonan restrukturisasi pinjaman untuk meminimalkan kredit macet.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terus menguat sejak pertemuan kebijakan BI pada bulan Mei, naik lebih dari 5 persen selama sebulan terakhir, menurut bank sentral. Mata uang ini telah terdepresiasi 1,42 persen sejak awal tahun dan diperdagangkan pada Rp14.100 per dolar AS pada hari Kamis (18/6).

Perry mengatakan mata uang itu masih "undervalued" dan berharap akan naik lebih lanjut untuk mencerminkan fundamentalnya, mengutip defisit transaksi berjalan (CAD) yang lebih sempit dan inflasi yang rendah. Bank sentral memperkirakan CAD akan turun menjadi sekitar 1,5 persen dari PDB dan inflasi akan tetap dalam kisaran target 2 persen hingga 4 persen.

"Pemotongan suku bunga acuan adalah langkah yang sangat dibutuhkan, karena Indeks Harga Saham Gabungan Jakarta dan rally rupiah mulai kehilangan momentum," kata ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Anthony Kevin pada hari Kamis (18/6).

"Sangat mungkin bahwa investor sudah mulai mengumpulkan fakta bahwa mereka tidak didukung oleh sudut pandang fundamental yang kuat, yaitu pertumbuhan ekonomi," katanya.

"Pemangkasan suku bunga kebijakan sangat penting untuk menjaga stabilitas rupiah, karena ancaman jatuhnya pasar saham dan depresiasi mata uang, yang dapat memperlambat pemulihan ekonomi," tambahnya. Dia berpandangan bahwa bank sentral masih memiliki ruang untuk pemotongan 25 bps.

"Kami percaya memotong suku bunga adalah tepat, karena keputusan bank sentral akan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang," kata ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual.

"Sementara itu, otoritas fiskal harus lebih agresif dalam membelanjakan anggaran mereka untuk menopang perekonomian dalam waktu dekat," kata David, seraya menambahkan ia berharap belanja pemerintah akan tumbuh dua digit tahun ini untuk membantu mencegah penurunan ekonomi yang lebih parah.

 

Oleh: Muhammad Dzikri Khofi / Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun