Terlebih lagi, kamu mungkin akan mengidentifikasi isyarat tersebut secara otomatis, tanpa usaha sadar. Karena memungkinkan kamu untuk berempati dengan orang lain, kecerdasan emosional memungkinkan kamu untuk berperilaku dengan cara membangkitkan reaksi yang menguntungkan dari orang lain.
Misalnya, bayangkan kamu adalah seorang manajer sebuah perusahaan di mana salah satu anggota staffnya terus-menerus melakukan kesalahan yang sama. kamu harus memberi tahu dia tentang hal ini dan membuatnya berubah ataupun sadar, tetapi kamu harus melakukannya dengan cara yang benar. Jika kamu menyakiti perasaannya, dia mungkin menjadi marah atau defensif, dan kecil kemungkinannya untuk membuat perubahan yang kamu inginkan.Â
Jika kamu berempati dengannya dan membayangkan bagaimana perasaannya, kamu dapat bertindak dengan cara yang membuatnya lebih bersedia untuk berubah. Secara umum, orang dengan Kecerdasan Emosional dapat mengembangkan bakat sosial seperti kemampuan untuk mengajari orang lain, menyelesaikan konflik atau mengelola tim staff. Dan bakat ini membantu mereka untuk menjaga hubungan di lingkungan sosial.
Emotional intelligence requires a balance between the emotional "feeling brain" and the rational "thinking brain."
Cara kita berpikir dan cara kita merasa itu saling terkait. Ini karena otak berpikir (tempat kita mengembangkan pikiran rasional kita) dan otak perasaan (tempat lahirnya emosi kita) saling terkait. Mereka dihubungkan oleh jalur saraf yang kuat. Kecerdasan Emosional kita bergantung pada penghubung antara otak pikiran dan perasaan, dan setiap kerusakan pada jalur saraf ini dapat menimbulkan defisit kecerdasan emosional.Â
Misalnya, seseorang yang otak emosionalnya terputus dari otak berpikirnya akan berhenti mengalami perasaan. Kekurangan mereka di bidang ini akan mencakup hilangnya kesadaran diri emosional, yang merupakan komponen penting dari kecerdasan emosional. Bukti ini dapat dilihat pada pasien lobotomi. Setelah hubungan antara dua otak mereka terputus, mereka kehilangan kapasitas emosional mereka.Â
Pengaturan diri emosional atau regulasi emosi bekerja dengan cara berikut : rangsangan, seperti ledakan keras yang tiba-tiba, akan sering membuat otak emosionalmu bekerja terlalu keras. Otak perasa akan secara otomatis menganggap stimulus sebagai ancaman, sehingga akan merespon dengan menempatkan diri dalam keadaan waspada.
Itulah bagusnya menggunakan otak berpikir untuk membantu mengatur proses ini. Setelah kita mendengar ledakan keras, otak emosional kita akan mengirimkan lonceng atau alarm yang berdering ke seluruh tubuh, sementara otak berpikir kita akan memeriksa stimulus untuk melihat bahaya apa yang ada. Jika tidak melihat bahaya, maka ia akan menenangkan otak dan perasaan, memungkinkan kita untuk berpikir jernih kembali. Inilah sebabnya mengapa kita tidak terus-menerus bereaksi berlebihan terhadap setiap suara yang tiba-tiba kita dengar.
Jika Anda memutuskan hubungan antara otak berpikir dan perasa, proses tadi tidak mungkin terjadi. Misalnya, pasien dengan kerusakan parah pada 'otak berpikir' akan mengalami kesulitan dalam mengatur perasaannya.
Emotional intelligence makes you healthier and more successful.
Apa kunci untuk menjalani kehidupan yang sukses dan bahagia ?