Di sebuah desa kecil yang damai bernama Catalunya , hiduplah dua pemuda bernama Dodo dan Pesi. Keduanya tumbuh bersama sejak kecil, menjadi sahabat dekat dalam suasana pedesaan yang ceria. Desa mereka terkenal dengan kebersamaan masyarakatnya, Dodo dan Pesi adalah dua sosok yang melambangkan semangat persaudaraan.
[Dodo dan Pesi duduk di bawah pohon tua yang menjadi saksi perjalanan panjang persahabatan mereka. Mereka nongkrong santai setelah lama baru bertemu.]
Â
Dodo: Hai Pesi, ingatkah kita dulu suka bermain sepak bola di lapangan belakang rumah?
Â
Pesi: Tentu ingat, do. Itu salah satu kenangan terbaik. Bagaimana kita bisa melupakan saat-saat itu?
Â
Dodo: (tersenyum) Iya, dulu memang tidak ada beban apa-apa kan? Hanya bermain-main, tertawa, tanpa banyak berpikir.
Â
Pesi: (mengangguk) Ya, hidup kami saat itu sangat sederhana. Kini, tampaknya ada banyak tanggung jawab yang harus diemban.
Â
Dodo: Tapi tidak apa-apa, pesi. Kita mungkin telah berkembang. Ingatkah kamu, dulu aku sangat suka melihatmu membaca buku di bawah pohon ini?
Â
Pesi: (tertawa) Ya, saat itu Aku masih kecil dan suka membaca apa saja. Suka belajar, dan kau selalu mendukung Aku.
Â
Dodo: Ya. kau selalu memiliki semangat belajar yang luar biasa. Aku sangat mengagumi keinginan mu untuk terus mengetahui banyak hal.
Â
Pesi: Dan kau, Dodo, selalu bersemangat bermain sepak bola. Aku sangat ingat ketika kami mengikuti turnamen sepak bola di sekolah.
Â
Dodo: (mengangguk riang) Itu adalah salah satu momen paling menyenangkan bagi kami. Meski kalah saat itu, kami tetap bersyukur bisa berpartisipasi dan berjuang bersama.
Â
Pesi: Dan sekarang, Kau telah menjadi pemain sepak bola yang hebat. Aku sangat bangga padamu, Do.
Â
Dodo: (tersenyum bangga) Terima kasih, Pesi. Tapi kamu juga tahu. Kau telah mencapai banyak penghargaan dengan kecerdasan mu dan keahlian mu dalam bermain sepak bola sama sepertiku (sambil tertawa tipis).
Â
Pesi: (mengalihkan topik) Eh, tapi ingat, pernahkah kita berdebat mana yang lebih penting, bola atau buku?
Â
Dodo: (tertawa) Ya, itu adalah kejadian klasik bagi kita. Namun kini aku yakin, keduanya sama pentingnya. Bola memberi kebahagiaan, dan buku memberi ilmu.
Â
Pesi : (mengangguk setuju) Betul. Namun yang terpenting, kami selalu saling mendukung. Persahabatan kita adalah hal terbaik dalam hidup.
Â
Dodo: (memeluk Pesi) Saya setuju, Pesi. Kami mungkin telah tumbuh, tapi persahabatan kami tetap kuat seperti sebelumnya. Dan apapun yang terjadi, kami selalu ada untuk satu sama lain.
[Kemudian di belakang rumah, di dekat pohon yang belum begitu tua pada saat itu. Mengantar kembali ke masa lalu, dimana mereka masih kecil dan mengobrol bersebelahan serta belum mempunyai tujuan dan impian apapun]
Dodo: (menatap kesamping) Pesi. Apakah mungkin aku bisa jadi pemain bola yang hebat? Aku selalu bermimpi akan hal itu setiap detiknya.
Â
Pesi : (mengangguk setuju) tentu saja, mengapa tidak? Kau selalu berlatih setiap hari, bahkan Ketika aku sudah pulang ke rumah. Apa yang kamu lakukan sekarang akan membuahkan hasil di masa yang akatn datang, percayalah.
Â
Dodo: (menatap kesamping) Â Bagaimana dengan mu? Di masa yang akan datang kamu ingin menjadi siapa? Kau sangat berbeda dengan ku. Kau pintar, senang belajar, bahkan mempunyai bakat alami speak bola lebih dariku,, hanya perlu latihan sedikit saja bisa menjadikanmu sangat hebat. Mengapa kamu tidak mau latihan?
Â
Pesi : (tersenyum tipis) Aku tertarik dengan apa yang kamu ucapkan. Tapi, apakah kamu tidak merasa tersaingi? (tertawa bergurau) Melihat kau sangat ambisius dalam bermain sepak bola.
Â
Dodo: (tertawa terbahak-bahak) Aku senang bisa melihatmu mempunyai hobi yang sama dengan ku. Jika kau mau mari kita bersaing secara sehat.
Â
Pesi : (tertawa) HAHAHAHA bagaimana jika kita latihan 1 vs 1 ?
Â
Dodo: (wajah tertantang) tidak ada yang bilang menolak, ujar dodo
Â
[Kemudian mereka bertarung dengan ketat, satu sama lain tidak ada yang mau kebobolan, mereka menjaga gawang nya masing-masing yang berukuran 3-4 jengkal (gawang kecil), hingga suatu waktu Dodo harus kebobolan terlebih dahulu]
Â
Pesi : (tertawa) YEYYY GOLLL!1!1!1!1! maaf ya dodo kamu harus kebobolan terlebih dahulu hehe
Â
Dodo: (wajah tertantang) tenang saja, ini baru permulaan. Kita liat saja nanti siapa yg akan keluar menjadi pemenang
Â
[10 menit setelah kebobolan masing-masing gawang masih terjaga, persaingan pun semakin ketat tapi, tak lama berselang pesi pun mencetak gol keduanya melalui tendangan menyusur tanah yang melewati sela-sela kaki Dodo. Skor menjadi 2-0]
Â
Pesi : (riang gembira) YEYY GOL LAGI!!!, apa tidak ada niat untuk menyerah do?
Â
Dodo: (wajah mengkerut emosi) kamu meragukan kemampuan ku ya PESII!?!?!?
Â
Pesi : (wajah menggoda) sepertinya akan ada yang tidak bisa tidur semalaman
[matahari mulai tebenam, tetapi mereka berdua masih melanjutkan permainan. Tak lama kemudian Dodo pun membalas kedudukan menjadi 2-1 berkat tendangan rabonanya]
Â
Dodo: (wajah ber api-api) LIHAT PESI!!!! tendangan rabonaku tidak pernah meleset, apakah kamu ingin bermain seperti ini terus!?
Â
Pesi : (wajah meremehkan) halahhh baru 1 gol, apakah kamu bisa menyamakan kedudukan?
Â
[*suasana semaking tegang* Dodo yang merasa tertantang dan penuh amarah melakukan segala cara untuk menyamakan kedudukan, bahkan hingga melukai Pesi]
Pesi: (teriak kencang) AAAAKKKKKK!!!!!, kenapa kamu memukulku Dodo? Katanya ingin kita bersaing secara sehat? *darah bercucuran keluar dari hidung pesi*
[seketika Dodo tersadar sekaligus terkejut dengan apa yang ia perbuat. Hal ini membuat dirinya sangat merasa bersalah kepada Pesi. Pesi yang tersadar hidungnya bercucuran darah, langsung bergegas pulang ke rumahnya untuk mengobati luka di hidungnya]
[Keesokan harinya... Dodo datang ke rumah Pesi untuk mengecek keadaan pesi]
Dodo: Selamat pagi bu, apakah Pesi ada di dalam?
Ibu Pesi: Ada, nak dodo. Sini masuk....
[sesampai di kamar pesi ia hanya bisa meratapi pesi yang hidungnya penuh dengan bekas kapas]
Dodo: (wajah muram) pesi.......
Pesi: Tak apa do, kemarin memang salah ku juga memancing emosi mu, tak seharusnya ak mengeluarkan kata-kata provokasi yang memancing kemarahanmu
Dodo: Maafkan aku ya Pes, ku tidak akan mengulanginya lagi sampai kapan pun
Pesi: (Hanya tersenyum tipis dan menganggukan kepala)
[Dodo dan Pesi yang sekarang sudah menjadi Bintang Sepak Bola Dunia, tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian itu]
 Â
-selesai-
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
 Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H