Mohon tunggu...
Raliyanti
Raliyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Thoughts Unleashed: Where Words Find Wings

Love to travel, read n writing

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita tentang Tokek di Depan Rumah

17 Maret 2024   13:45 Diperbarui: 29 April 2024   12:55 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tokek (sumber: freepik.com)

Kali ini saya hanya ingin bercerita. Beberapa tahun ini di rumah saya ada tokek.

Sepertinya ada satu ekor. Begitulah perkiraan saya. Hal ini karena saya tidak pernah melihat wujudnya secara langsung.

Saya hanya mendengar suaranya yang seperti ini: "eeeggghhhrrr tokeekk.. tokeekk..."

Tidak pernah pula mendengar suara itu bersahut-sahutan. Jadi memang sepertinya hanya ada satu ekor.

Saya juga tidak ingat, sejak tahun berapa si tokek ini ada di rumah, tepatnya di luar rumah saya.

Tapi seingat saya, sewaktu pandemi tahun 2020 tokek itu sudah ada.

Saya ingat ketika adek saya yang waktu itu sedang menginap di rumah pernah bilang, "Sepertinya tokeknya itu gede. Kalau ketangkep, mahal harganya kalau dijual."

Semenjak itu saya suka ngeri-ngeri sedap kalau keluar rumah, terutama merapikan dan menyiram-nyiram tanaman.

Saya sering terbayang kalau tiba-tiba dia muncul bagaimana? Saya jadi merinding, ketakutan sendiri.

Apalagi membayangkan sebesar apa itu tokeknya. Dan ada juga yang bilang kalau tiba-tiba dia menimpa tubuh kita, katanya sulit dilepas. Haduhh, saya jadi tambah serem.

Alhasil tanaman saya jadi kurang terurus. Dan tahu-tahu mereka pun tumbuh dengan liarnya. Terabaikan berbulan-bulan.

Tanaman monstera yang dulu kecil, yang saya tunggu-tunggu kenapa ga gede-gede, tiba-tiba tumbuh besar.

Daun-daunnya tumbuh lebar mencapai kurang lebih 35 - 40 cm diameternya. Mungkin lebih.

Si monstera sebelum dipangkas (dokpri)
Si monstera sebelum dipangkas (dokpri)


Beberapa tanaman seperti sirih gading merambat hingga ke teras depan rumah, menempel ke tembok dan daunnya juga melebar. Akar-akarnya juga ke mana-mana.

Halaman rumah saya sangat minimalis, tapi sudah seperti hutan.

Tanaman di teras rumah (dokpri)
Tanaman di teras rumah (dokpri)


Akhirnya saya pun tambah ngeri ke halaman rumah. Terutama di bagian pojok di mana  suara si tokek berasal.

Tahun berikutnya saya coba berdamai dengan si tokek. Saya coba memberanikan diri merapikan tanaman.

Tanaman yang menghutan saya pangkas. Sekiranya yang masih bisa ditanam lagi saya berikan ke tukang tanaman di pinggir jalan, siapa tahu bisa dijual oleh mereka.

Saya siangi daun yang mengering dan mati. Dibantu orang yang sedang beres-beres di depan rumah. Rumput-rumput dan tanaman merambat dipangkas semua.

Akhirnya halaman terlihat sedikit terang dan teras tidak terhalang daun-daun lagi.

Selama berberes itu, si tokek tidak ketahuan sedang ada di mana. Suaranya pun tidak kedengaran.

Namun di waktu-waktu tertentu di pagi, sore dan malam hari suara itu terdengar lagi.

Suara tokek juga ikutan masuk di zoom virtual meeting kalau saya sedang rapat. Apa lagi kalau sedang ada rapat di malam hari, suaranya muncul berulang-ulang dan jelas sekali di luar jendela.

Pernah lagi asyik duduk sendiri di ruang tengah rumah. Tiba-tiba dari samping rumah, di luar jendela, terdengar suara "eeeggghhhrrr...."
Saya reflek lompat dari kursi dan teriak saking kagetnya. Tapi sepertinya si tokek juga kaget dengar teriakan saya.

Biasanya setelah suara "eeeggghhhrrr" dilanjutkan dengan "tokeekk.. tokeekk..." tapi ini tidak ada kelanjutannya lagi. Sepi.

Ternyata si tokek juga lari ke depan rumah. Tak lama kemudian saya dengar suara tokeknya di halaman depan. Ternyata si tokek bisa kaget juga, toh...

Tahun lalu, tetangga sebelah rumah pindah. Rumahnya dijual dan sepertinya akan dibangun gedung kantor oleh pembelinya.

Aktivitas pembangunan mulai gencar pada awal tahun ini. Terkadang rumah saya bergoyang karena aktivitas para tukang itu. Mungkin mereka sedang ngebor atau memukul-mukul besi atau mungkin sedang membenamkan sesuatu ke dalam tanah.

Hampir setiap hari dan terkadang malam hari pun ada aktivitas pengerjaan pembangunan.
Saat ini progresnya sudah terlihat, ada beberapa tiang-tiang besi atau baja yang berdiri menjulang tinggi.

Akhir-akhir ini pun saya tidak mendengar suara tokek. Beberapa kali saya bertanya ke anak dan suami, apakah ada yang mendengar suara tokek?

Dan mereka ragu karena tidak memperhatikan juga. Tapi entah kenapa saya terus memikirkan si tokek.

Saya membayangkan si tokek sudah pergi karena kondisi lingkungan yang setiap hari berisik dan sering ada suara yang mengagetkan dari aktivitas pembangunan.

Atau mungkin si tokek ditangkap sama para tukang dan  kemudian dijual. Kasihan juga si tokek.

Dan lucunya ini sampai terbawa ke dalam mimpi. Saya mimpi si tokek masih ada di sekitar rumah.

Ceritanya si tokek dipancing pakai mainan. Eh dia muncul lari-larian mengejar mainan. Alhasil di dalam mimpi pun saya teriak ketakutan. Takut tokeknya masuk ke dalam rumah.

Saya pun terbangun dari tidur dengan jantung yang berdegup kencang.

Kemarin sore saya menanyakan ke anggota rumah tentang keberadaan si tokek lagi. Saya akhirnya ditertawakan. Kenapa dari kemarin-kemarin peduli sekali sama si tokek ini.

Hingga hari ini, akhirnya saya pun menuliskan cerita si tokek.
Dan tepat di bagian tulisan ini, tiba-tiba suara tokek terdengar lagi.

Ah, saya kira dia sudah pergi berkelana. Ternyata dia masih betah di sini.

Ok lah. Saya terima lagi.  Berarti saya masih tetap ngeri dan harus waspada kalau merapikan teras dan halaman rumah.

Saya akhiri tulisan ini karena akhirnya rasa penasaran saya terjawab.

Terima kasih karena sudah membaca cerita receh ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun